Selasa 14 Nov 2017 20:41 WIB

Azyumardi Azra: Masyarakat Harus Bisa Kenali Hoaks

Azyumardi Azra
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemajuan informasi teknologi (IT) yang dibarengi dengan media sosial begitu pesat tidak dapat terelakkan. Ironisnya, selain membawa dampak positif, kondisi ini justru berimbas negatif dengan dimanfaatkannya internet (dunia maya) oleh kelompok radikal untuk memecah belah persatuan dan membuat gaduh di masyarakat dengan ujaran kebencian (hate speech), fitnah, berita bohong (hoaks).

Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Azyumardi Azra,  mengungkapkan bahwa gejala adu domba memang ada terutama di media sosial. Itu ditandai dengan banyak sekali hoaks yang isinya mengadu domba, memecah belah, menyebar fitnah.

“Saya kira kita semua yang memegang gadget harus hati-hati, kalau ada berita yang ganjil maka jangan serta-merta langsung diviralkan, karena jika diviralkan maka akan merusak karena itulah yang diharapkan oleh yang membuat berita adu domba tersebut,” ungkapnya dalam siaran persnya, Selasa (14/11).

Lebih lanjut Azyumardi mengungkapkan, masyarakat harus dapat mengenali mana berita hoaks dan berita adu domba. Misalnya berita yang kita dapatkan tidak pernah ada di media mainstream, maka jangan langsung diterima apalagi langsung diviralkan.

Kedua apa yang di beritakan adalah hal yang tidak masuk akal baik itu terhadap pejabat, lembaga maupun institusi tertentu, maka harus dilakukan cek dan ricek. Cek dan ricek dapat dilakukan kepada orang tertentu, karena berita adu domba yang beredar di media sangat berbahaya karena dapat memecah belah antar perorangan, antar kelompok, institusi bahkan antara masyarakat dengan pemerintah.

Menurutnya, berita hoaks dan adu domba jika tidak ditangkal maka akan menyebabkan kehancuran suatu peradaban, terlebih jika adu domba tersebut kemudian dibungkus menggunakan ayat dan hadits untuk melakukan pembenaran atas apa yang dilakukan. Karenanya jika terdapat berita adu domba yang dibungkus dengan ayat ataupun hadits maka bertanyalah kepada kiai atau ulama.

"KH Nazaruddin Umar (Imam besar Masjid Istiqlal), KH Said Aqil Sirajd (Ketua umum PBNU) ataupun kiai-kiai kampung, merupakan kiai yang mempunyai kedalaman ilmu agama dan merekalah yang mempunyai otoritas terkait penafisran suatu ayat maupun hadits,” kata Azyumardi.

Yang lebih penting, lanjut Azyumardi, dengan semakin derasnya arus informasi yang sulit sekali membedakan mana yang benar dan hoaks terlebih dibungkus dengan agama, maka anak-anak muda zaman sekarang harus diberikan pemahaman bagaimana bermedia sosial yang benar dan sehat. Berikan panduan dan parameter sehingga mereka tahu apakah berita tersebut hoaks atau  adu domba.

Terkait radikalisme dan terorisme, peraih gelar The Commander of the Order of British Empire dari Ratu Elizabeth II ini mengatakan bahwa cara untuk menangkal munculnya radikalisme harus dimulai dari keluarga, terutama dalam memberikan pengertian untuk saling menghormati perbedaan agama, budaya, dan suku yang sangat majemuk. Karena Indonesia memang majemuk dan beragam. “Itu yang harus ditumbuhkan mulai dari keluarga, lalu ke sekolah, hingga ke masyarakat,” katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement