Selasa 14 Nov 2017 19:45 WIB

‎Panglima TNI Baru Harus Perhatikan Dinamika Papua

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Peta Papua. Ilustrasi
Foto: Google Maps
Peta Papua. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI yang akan datang harus memperhatikan dinamika isu Papua yang belakangan ini kerap menjadi sorotan internasional. Isu ini akan terus digaungkan kelompok separatis untuk meraih simpati dunia.

"Seorang Panglima TNI idealnya memiliki kemampuan pengendalian operasi penggalangan agar isu Papua tidak dimanfaatkan secara negative oleh kelompok separatis bersenjata,” kata‎ pengamat intelijen dan isu isu kawasan Ridlwan Habib di Jakarta, Selasa (14/11).

Salah satunya misalnya dengan menggalang dukungan negara negara di Pasifik Selatan agar mau menerima kepemimpinan Indonesia dalam memerangi tindakan illegal pencurian ikan di laut sekitar kawasan (IUU Fishing). Pengaruh Indonesia diharapkan mampu mencegah internasionalisasi isu Papua oleh gerakan separatis bersenjata. Permasalahan strategis yang global seperti ini idealnya menjadi prioritas fokus Panglima TNI dan bukan soal politik dalam negeri.

‎Dua isu lainnya yang harus menjadi perhatian adalah‎ Laut Cina Selatan. Posisi Indonesia yang amat strategis membutuhkan visi kepemimpinan Panglima TNI yang jelas  terhadap isu ini. "Perlu penguatan pangkalan pangkalan di pulau terluar, misalnya di Ranai. Lalu juga tambahan alutsista untuk TNI AL dan TNI AU,” jelasnya.

Angkatan Laut Indonesia idealnya harus mampu beroperasi maksimal di luar Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) bahkan hingga 200 nautical mile dari lepas pantai Indonesia. Panglima TNI idealnya juga harus memikirkan interoperabilitas ketiga angkatan yang saling mendukung dalam mengamankan wilayah Indonesia.

Masalah kedua adalah dinamika konflik Isis di Filipina Selatan. Walaupun Marawi sudah berhasil direbut oleh tentara Filipina, namun jalur laut belum sepenuhnya aman. “ Perlu penguatan operasi bersama Angkatan Laut didukung dengan kekuatan armada Udara di kawasan itu,” katanya.

Isu ini tidak boleh diremehkan dan dianggap angin lalu. “Butuh Panglima TNI yang memahami secara detail mekanisme operasi laut dan operasi udara,” tambahnya.‎

Pemberitaan tentang rencana pergantian Panglima TNI Gatot Nurmantyo kembali hangat diperbincangkan masyarakat. Gatot yang beberapa bulan lagi berusia 58 tahun memang segera memasuki masa pension sebagai prajurit TNI. Kandidat Panglima TNI yang baru saat ini masih dipersiapkan oleh Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi untuk dilaporkan pada Presiden Joko Widodo yang sedang berada di luar negeri.

Koordinator Indonesia Intelligence Institute itu meyakini Presiden Joko Widodo sudah mempunyai calon pengganti yang tepat bagi Gatot yang akan pensiun. “Pak Jokowi tentu sudah punya kalkulasinya, dari sisi waktu tentu sudah wajar jika Panglima yang sekarang diganti,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement