Sabtu 11 Nov 2017 16:33 WIB

Hajatan Betawi di Universitas As-Syafi'iyah

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andi Nur Aminah
Senator Betawi Dailami Firdaus memberikan sambutan pada kegiatan Hajatan Betawi di Universitas Islam As-Syafi'iyah,  Pondok Gede, Bekasi, Jawa barat, Sabtu (11/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Senator Betawi Dailami Firdaus memberikan sambutan pada kegiatan Hajatan Betawi di Universitas Islam As-Syafi'iyah, Pondok Gede, Bekasi, Jawa barat, Sabtu (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Islam As-Syafi'iyah mengadakan sebuah kegiatan budaya bernama Hajatan Betawi UIA 2017. Acara ini dilangsungkan selama dua hari, yaitu 11 hingga 12 November 2017. Acara yang bertempat di Kampus 2 Universitas Islam As-Syafi'iyah ini baru pertama kali diadakan.

Seperti namanya, berbagai macam kebudayaan Betawi dipamerkan di acara ini. Menurut Ketua Penanggung Jawab Hajatan Betawi, Dailami Firdaus, kegiatan ini bukan hanya berbentuk kesenangan tetapi juga mengedukasi. Selain pameran Budaya Betawi, diadakan juga diskusi mengenai beberapa unsur kebudayaan Betawi.

"Ini bukan hanya sekadar pameran, nanti juga ada diskusi. Ada tentang arsitektur betawi. Lalu ada juga penjelasan, apa yang dimaksud dengan Mushaf Alquran an Betawi. Ada juga talkshow," kata Dailami, di lokasi, Sabtu (11/11).

Melalui acara tersebut, anggota DPD RI Dapil Jakarta tersebut berharap bisa mewujudkan kemaslahatan seluruh warga Jakarta. Bukan hanya orang Betawi tetapi juga seluruh penduduk di Ibu Kota Indonesia tersebut.

Kegiatan Hajatan Betawi ini baru pertama kali diadakan. Dailami berharap, kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan UIA. "Mudah-mudahan Hajatan Betawi ke depannya akan lebih sukses lagi. Kekurangan yang ada akan dievaluasi. Ini kan baru pertama, selanjutnya mudah-mudahan bisa dilaksanakan setiap tahun," lanjut Dailami.

Hajatan Betawi ini dibuka dengan suara petasan di depan pintu masuk. Menurut Bang Aden, selaku pembawa acara, suara petasan tersebut memiliki nilai budaya dan sejarah Betawi. "Tadi di awal ada suara petasan. Nah itu karena, menggambarkan jaman dulu orang Betawi kan kagak ada sound system. Menandakan tempat yang ada suaranya itu, dilakukan hajatan," kata Aden mengawali acara.

Kegiatan ini dihadiri tokoh-tokoh Kebudayaan Betawi dan BKMT Jabodetabek. Di sisi belakang panggung, juga diadakan bazar yang diikuti oleh warga-warga Jakarta. Barang yang di jual pun berupa kuliner khas Betawi seperti bir pletok, kerak telor, dan toge goreng. Ada juga pakaian-pakaian dan pernak-pernik khas Betawi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement