Jumat 10 Nov 2017 16:12 WIB

Memasuki Musim Hujan, Peternak Diimbau Waspadai Flu Burung

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Andi Nur Aminah
Sosialisasi pencegahan flu burung terkait kasus kematian puluhan itik akibat flu burung (H5N1), di Kampung Lebakwangi, Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang, Jumat (24/2).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Sosialisasi pencegahan flu burung terkait kasus kematian puluhan itik akibat flu burung (H5N1), di Kampung Lebakwangi, Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang, Jumat (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Dinas Peternakan danKesehatan Hewan Kabupaten Indramayu gencar sosialisasikan pengendalian hama ternak. Memasuki musim penghujan seperti sekarang, serangan hama penyakit, termasuk Flu Burung, mengancam hewan ternak.

"Melalui dokter hewan yang ada diDinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, kami terus sosialisasikan pengendalianhama ternak,'' kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan KabupatenIndramayu, Joko Pramono, Jumat (10/11).

Joko menyatakan, Flu Burung maupun penyakit lainnya pada unggas mudah muncul saat musim penghujan tiba. Karenanya,para peternak harus waspada.

Sepanjang Januari hingga awal November2017, Joko menyebutkan, ada empat kasus flu burung pada ternak unggas di Kabupaten Indramayu. Jumlah tersebut menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 10 kasus. Meski demikian, kewaspadaan harus terus ditingkatkan.

Selain faktor cuaca, kerawanan menyebarnya penyakit flu burung juga karena mayoritas unggas, terutama jenis itik, di Kabupaten Indramayu tidak dikandangkan. Hal tersebut akan memudahkan penularan penyakit dari itik yang sakit ke itik lainnya.

Joko menyebutkan, di Kabupaten Indramayu jumlah itik ada sekitar 1,8 juta ekor. Dari jumlah tersebut, 90 persen di antaranya dipelihara secara angon atau tidak dikandangkan. :Ini yang jadi problematika kita," tutur Joko.

Untuk mencegah penyebaran penyakit,Joko mengimbau para peternak untuk menjaga kebersihan kandang ternak dan meningkatkan daya tahan tubuh ternak. Selain itu, para peternak juga diberikan pemahaman tentang penanganan bangkai hewan ternak yang mati.

Joko mengatakan, selama ini ada perilaku peternak yang membuang bangkai ternaknya yang mati ke saluran air. Kondisi itu mengakibatkan penularan penyakit dari bangkai ternak ke seluruh ternak lainyang ada di sepanjang aliran air tersebut. "Kalau ada ternak yang mati, bangkainya harus dikubur. Jangan di buang ke saluran air," tegas Joko.

Sementara itu, kematian unggas yang pernah terjadi salah satunya milik warga Blok Bong, Desa Jumbleng, Kecamatan Losarang, Rasidi (50), pada Maret lalu. Unggas jenis itik itu mati mendadak akibat penyakit Newcastle Desease (ND). "Awalnya yang mati ada 65 ekor, terus bertambah sampai 700 ekor," terang Rasidi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement