Selasa 07 Nov 2017 12:49 WIB

28 Juta Warga Indonesia Masih BAB Sembarangan

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Andi Nur Aminah
  Sanitasi buruk (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Sanitasi buruk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengungkap ada 28 juta masyarakat Indonesia yang masih buang air kecil dan buang air besar (BAB) sembarangan. Angka itu merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah India.

Prestasi yang jauh dari kata membanggakan tersebut diraih Indonesia karena pada 2016 lalu baru 67,2 persen penduduknya yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi. Pemerintah menargetkan, pada 2019, pencapaian akses tersebut dapat disempurnakan menjadi 100 persen.

"Akses terhadap sanitasi ini harus benar-benar dikejar supaya yang 28 juta orang menjadi nol," kata Bambang, saat menghadiri Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional di Jakarta, Selasa (7/11).

Selain sanitasi, pemerintah juga tengah mengejar pencapaian akses air minum yang pada 2016 lalu baru terpenuhi sebesar 71,14 persen. Sama seperti sanitasi, pemerintah juga menargetkan 100 persen masyarakat Indonesia sudah memiliki akses terhadap air minum pada 2019 mendatang.

Jika dilihat dari sebarannya, Bambang menyebut, daerah dengan akses sanitasi dan air minum yang masih terbatas kebanyakan berada di wilayah Indonesia Timur. Karena itu juga, anak-anak yang menderita stunting banyak ditemui di Indonesia timur.

Untuk menyediakan akses sanitasi dan air minum bagi seluruh rakyat Indonesia, Bambang menyebut, dibutuhkan dana Rp 548 triliun. Yakni Rp 235 triliun untuk air minum dan Rp 273 triliun untuk sanitasi. Selain mengandalkan dana APBN dan APBD, ia juga mendorong skema pembiayaan lain untuk membangun akses terhadap sanitasi dan air minum, seperti dana desa, CSR, maupun kombinasi antara CSR dan investasi komersil.

Saat ini, pemerintah telah menjadikan sanitasi dan air minum sebagai program prioritas yang harus segera diwujudkan. Sebab, kata Bambang, air bersih dan sanitasi merupakan kunci utama untuk menuju kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menyebut, penyediaan layanan air minum dan sanitasi dapat berkontribusi pada penurunan masalah gizi buruk. Saat ini, Kementerian Kesehatan mencatat, ada 37,2 persen atau sekitar 9 juta anak yang mengalami stunting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement