REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat ekonomi provinsi itu pada triwulan III-2017 tumbuh 4,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).
"Perekonomian NTB hingga triwulan III-2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 mengalami kontraksi sebesar minus 0,43 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) Hj Endang Tri Wahyuningsih, di Mataram, Senin (6/11).
Ia mengatakan penyebab terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi tersebut dampak dari terjadinya penurunan pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar minus 17,01 persen dan lapangan usaha administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar minus 0,06 persen.
Selain kedua lapangan usaha tersebut, lanjut Endang, pada umumnya seluruh lapangan usaha mengalami pertumbuhan.
Pertumbuhan tertinggi berturut-turut terjadi pada lapangan usaha jasa perantara keuangan sebesar 9,57 persen, lapangan usaha informasi dan komunikasi 9,42 persen dan lapangan usaha transportasi dan pergudangan 9,29 persen.
Lebih lanjut, ia menyebutkan hingga triwulan III 2017 secara kumulatif share tertinggi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB berturut-turut adalah pertanian sebesar 22,33 persen dan pertambangan 20,23 persen.
Pendorong utama pertumbuhan ekonomi NTB hingga triwulan III-2017 (c to c) ini berasal dari lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,77 poin. Kemudian diikuti oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,69 poin dan lapangan usaha konstruksi sebesar 0,60 poin.
"Sedangkan lapangan usaha pertambangan dan penggalian menjadi sumber kontraksi sebesar minus 4,47 poin," kata Endang menyebutkan.
Dengan mengeliminir nilai tambah sub kategori pertambangan bijih logam, maka pertumbuhan ekonomi NTB hingga triwulan III-2017 mencapai 5,56 persen.