Ahad 05 Nov 2017 22:31 WIB

Kasus Bencana di Sukabumi Ada 112 Peristiwa Selama 2017

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Andi Nur Aminah
Warga menyaksikan jalan yang putus akibat longsor di Jalan Samsi, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (11/12).
Foto: Antara/Budiyanto
Warga menyaksikan jalan yang putus akibat longsor di Jalan Samsi, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kasus bencana alam di Kota Sukabumi di sepanjang kurun waktu Januari hingga September 2017 mencapai sebanyak 112 kali peristiwa. Dari ratusan kasus tersebut yang paling mendominasi adalah tanah longsor.

Jumlah bencana yang terdata baru sampai September mencapai 112 kasus, terang Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami kepada Republika.co.id Ahad (5/11). Sementara kasus bencana pada Oktober lanjut dia masih dalam tahap pendataan.

Bencana yang terjadi di Sukabumi, Zulkarnain mengatakan yakni kebakaran, banjir bandang, tanah longsor, angin topan, gempa bumi, dan cuaca ekstrem. Rinciannya, tanah longsor sebanyak 38 kasus, cuaca ekstrem sebanyak 20 kasus, kebakaran sebanyak 17 kasus, gempa bumi sebanyak 17 kasus, banjir bandang sebanyak 16 kasus, dan angin topan sebanyak empat kasus.

Menurut Zulkarnain, kasus bencana masih didomonasi oleh tanah longsor. Pasalnya, dia mengatakan, sebagian wilayah Sukabumi memang rawan pergerakan tanah dan longsor.

Secara total lanjut Zulkarnain ada enam kecamatan di Kota Sukabumi termasuk ke dalam wilayah yang rawan pergerakan tanah. "Dari data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi menyebutkan ada enam kecamatan yang potensi gerakan tanah," ujar Zulkarnain.

Ke enam kecamatan itu yakni Cibeureum, Cikole, Citamiang, Gunungpuyuh, Lembursitu, dan Warudoyong.  Zulkarnain menerangkan, potensi gerakan tanah di enam kecamatan ini termasuk tingkatan menengah. Kondisi ini kata dia harus diantisipasi oleh warga yang tinggal di kawasan tersebut.

Terutama lanjut Zulkarnain menghadapi musim penghujan akhir-akhir ini. Hal ini kata dia berpotensi meningkatkan terjadinya bencana khususnya di daerah yang rawan.

Peningkatan kewaspadaan ini Zulkarnain mengatakan, salah satunya dengan cara menyebarkan poster mengenai menghadapi berbagai bencana. Misalnya, kata dia poster mengenai tanda-tanda dan menghadapi bencna angin kencang dan banjir.

Zulkarnain mengatakan, dalam poster itu disebutkan langkah-langkah yang dilakukan warga sebelum terjadi bencana banjir, pada saat banjir, dan antisipasi penyakit pascabencana. Penyebarluasan informasi dalam poster ini lanjut dia cukup penting dalam rangka pengurangangan risiko bencana di tengah masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement