Ahad 05 Nov 2017 21:36 WIB

Jeep Bromo Bakal Dipusatkan di Terminal Madyopuro

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Mobil jeep dan hardtop yang kerap jadi sarana transportasi wisatawan di Gunung Bromo (ilustrasi)
Mobil jeep dan hardtop yang kerap jadi sarana transportasi wisatawan di Gunung Bromo (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang akan memusatkan aktivitas mobil jeep Bromo di Terminal Madyopuro, Malang, Jawa Timur (Jatim). Konsep ini bertujuan untuk memudahkan wisatawan yang hendak pergi ke Bromo dari Kota Malang.

Kepala Seksi Promosi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang, Agung Bhuwana menerangkan, konsep ini memiliki banyak tujuan yang salah satunya untuk mengefektifkan aktivitas terminal. "Di Madyopuro itu //kan// aktivitasnya sudah mati kalau sudah sore. Nah kita ingin hidupkan itu dengan jeep yang destinasinya ke Bromo. Itu biasanya pada berangkat tengah malam atau malamnya. Jadi kalau pagi sampai malam untuk angkutan umum, kalau dini hari buat jeep," terang Agung saat ditemui wartawan di Kota Malang.

Selain itu, Agung mengutarakan, terminal itu juga nantinya akan menyediakan suvenir dan pernak pernik khas Bromo. Dalam hal ini termasuk barang-barang yang mungkin dibutuhkan wisatawan saat berada di Bromo seperti sarung tangan dan sebagainya. Upaya ini tidak hanya bermanfaat bagi wisatawan, tapi memberi dampak ekonomi juga bagi masyarakat sekitar.

Agung juga menyatakan, rencana konsep ini juga untuk menghindari konflik pengendara jeep dengan angkutan umum. Terlebih lagi, Dinas Perhubungan selama ini sangat melarang jeep untuk menjemput wisatawan di area hotel. Sebab, kondisi ini biasanya akan mendatangkan konflik yang selama sering terjadi antara angkutan umum dengan transportasi online maupun jeep.

Di kesempatan sama, Sales Manager MaxOne Hotel David Yurdiansyah mengungkapkan, sempat menerima laporan terkait konflik antara supir angkutan umum dan jeep. Terdapat dua peristiwa di mana supir angkutan umum meminta ganti rugi pada pengendara jeep yang hendak menjemput wisatawan di hotel. Mereka melakukannya karena dianggap telah menyalahi aturan yang berlaku.

"Tidak minta ke pihak hotel tetapi ke pelaku usaha pariwisata lainnya. Minta uang. Tetapi karena mintanya di hotel membuat tamu kami tidak nyaman dan akhirnya mempengaruhi hotel juga," tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement