REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari depan Museum Fatahilah ke Taman Kota Intan, Jalan Cengkeh, Taman Sari, Jakarta Barat, telah dilakukan dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Djarot Syaiful Hidayat, awal OKtober lalu. Namun, masyarakat terutama wisatawan, tak banyak yang tahu mengenai Taman Kota Intan ini.
Padahal, ada sekitar 500 pedagang yang direlokasi di tempat yang belum lama dibangun ini. Mega Santi (24), salah satu wisatawan Kota Tua yang mampir ke Taman Kota Intan mengaku baru pertama kali mengunjungi tempat itu. Awalnya, perempuan yang datang bersama keenam temannya dari Kota Tangerang itu tak mengetahui adanya Taman Kota Intan. “Tadi diberitahu oleh Satpol PP, ada tempat makan di sini,” katanya.
Perempuan yang akrab disapa Mega itu mengatakan jarak antara Museum Fatahilah dan Taman Kota Intan sangat jauh. Ia dan teman-temannya harus menempuh lebih dari 500 meter. “Ngga ada (orang jual) makanan di sepanjang jalan tadi ke sini, taunya dipusatin di sini,” ujar Mega.
Ia menyayangkan tak mudahnya akses untuk menuju ke Taman Kota Intan. Ia dan teman-temannya saat itu sudah dalam keadaan kelaparan karena sehabis berkeliling Kota Tua, harus berjalan kaki mencari makanan. “Seharusnya ada angkot atau kendaraan pengangkut ke sini,” ujar Mega.
Padahal suasana di Taman Kota Intan sangat nyaman. Mega mengusulkan agar pusat jajanan itu dilengkapi dekorasi dan menu-menu makanan pelengkap, agar semakin bervariasi. “Boleh diberi lampu-lampu atau hiasan, agar lebih ramai lagi jadi bisa foto-foto untuk Instagram,” tutur Mega.
Taman Kota Intan siang itu berawan. Angin sepoy-sepoy bertiup menemani Mega dan teman-temannya yang sedang menikmati makanan menu ayam penyet di salah satu kios kuliner. Tak banyak pengunjung, membuat pusat kuliner dan pakaian serta aksesoris itu tampak lengang.
Senada dengan Mega, Zakiran (15) bersama teman-temannya juga mengaku sangat nyaman makan di Taman Kota Intan. Walaupun memang awalnya, ia tak mengetahui mengenai Taman Kota Intan. “Jalan-jalan saja lewat, ketemu tempat ini sepertinya nyaman. Jadi mampir,” ujar remaja yang akrab disapa Zaki itu.
Zaki yang datang bersama teman-temannya mengusulkan adanya pertunjukan musik, sehabis melihat adanya panggung di tengah-tengah pusat perbelanjaan itu. “Jadi ada hiburannya, jangan dangdut dari penjual makanan,” kata salah satu teman Zaki, Saffa Putri (15), lantas tertawa.
Remaja yang bersekolah di Kota Tangerang itu lalu menambahkan perlu adanya antisipasi bagi pengelola saat hujan datang. Pasalnya, meja dan kursi yang terletak di antara barisan kios memang sangat terbuka. Hanya ditutupi oleh tenda putih yang ditunjang tiang setinggi 2,5 sampai tiga meter.
Zaki melihat adanya potensi terkena air hujan dan basah bagi pengunjung yang sedang makan. “Makanya harusnya diapainlah biar ngga kena hujan,” ujar Zaki.