REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Kota Kagoshina belakangan semakin intensif melakukan pertemuan. Letak Sleman dan Kagoshina yang sama-sama berada di kaki gunung berapi, membuat keduanya cukup seirama untuk dapat saling berbagi pengalaman penanggulangan bencana gunung berapi.
Kabupaten Sleman sendiri berada di kaki Gunung Merapi. Sedangkan Kota Kagoshima berlokasi cukup dekat Gunung Sakurajima. Selain Wali Kota Kagoshima, Hiroyuki Mori, melakukan kunjungan ke Kabupaten Sleman, Bupati Sleman, Sri Purnomo, turut melakukan kunjungan ke Kota Kagoshima.
Sri mengaku kagum dengan peralatan-peralatan canggih yang dimiliki Kagoshima, terkait penanggulangan bencana gunung berapi. Namun, paparannya pun tentang kemampuan Sleman mengevakuasi 156 ribu pengungsi pada meletusnya Gunung Merapi beberapa tahun lalu, turut mengundang decak kagum.
Saat memberi paparan di depan peneliti kampus-kampus yang ada di sana, mereka mengaku kagum atas kemampuan Sleman melakukan evakuasi orang sebanyak itu. Terutama, lanjut Sri, tentang adanya 1.970 relawan yang secara sukarela bekerja nonsetop dalam bencana apapun yang terjadi di Sleman.
"Sebab, penanggulangan bencana di sana semuanya diserahkan ke pemerintah, mereka kaget, rata-rata nanya kok bisa masyarakat membantu karena di sana tak ada model relawan-relawan," kata Sri saat ditemui di kantornya, Rabu (1/11).
Pemkab Sleman dan Pemkot Kagoshima menandatangani Letter of Understanding (LoU), untuk mempromosikan upaya-upaya pencegahan bencana menjamin keselamatan dan keamanan masyarakat. Selain itu, LoU berisikan kesepahaman memperluas kesempatan pengembangan potensi-potensi pariwisata.
Sri berpendapat, salah satu yang istimewa dari Kagoshima yaitu koordinasi antarinstansi pemerintahan, termasuk ketepatan waktu untuk melakukan rapat-rapat. Ada pula kebiasaan istirahat di tengah-tengah rapat, yang biasanya dilakukan tanpa perlu ada makanan maupun minuman.
Sekda Kabupaten Sleman, Sumadi menuturkan, Kagoshima banyak ungkapkan kekaguman terhadap masyarakat sipil, sehingga mampu mengatasi pengungsi sebanyak itu. Terlebih, saat itu dijelaskan kalau relawan-relawan berasal dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa pecinta alam.
Lebih lanjut, mereka diterangkan pula kalau komunitas-komunitas pecinta alam yang ada, nantinya akan bertugas sesuai profesinya masing-masing. Karenanya, ditekankan sekali peran perguruan tinggi agar dapat dilibatkan dalam upaya-upaya penanggulangan bencana.
"Mereka mengaku akan belajar civil soviety itu, tertarik ingin melihat peran masyarakat, Desember mau datang," ujar Sumadi.
Advertisement