Selasa 31 Oct 2017 17:18 WIB

'Hutan Harus Membawa Berkah Bagi Masyarakat'

Bunga Rafflesia Arnoldi dengan enam kelopak mekar di kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Daun, Kabupaten Taba Penajung, Bengkulu, Kamis (8/9).
Foto: Antara/David Muharmansyah
Bunga Rafflesia Arnoldi dengan enam kelopak mekar di kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Daun, Kabupaten Taba Penajung, Bengkulu, Kamis (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Suton menuturkan pengelolaan kawasan hutan di wilayah Lampung saat ini baru sebatas pemanfaatan hutan sosial. Konsep pengelolaan hutan harus membawa berkah dengan melibatkan masyarakat, mitra, dan pemerintah daerah, sehingga pelestarian hutan konservasi menjadi bermanfaat.

"Selama ini, pengelolaan kawasan hutan baru sebatas pemanfaatan hutan sosial. Tetapi, konservasi dapat memanfaatkan kekayaan hutan secara langsung. Seperti pemanfaatan sumber genenetika," kata dia, Selasa (31/10).

Menurut mantan kepala Dinas Kehutanan Lampung tersebut, untuk merumuskan pengelolaan dan konservasi kawasan hutan perlu sinergitas membangun kerja sama dengan para pihak terkait untuk memudahkan dan membantu pengelolaan kawasan hutan.

"Mengelola kawasan hutan perlu banyak dukungan. Hadirnya petugas lapangan dan sinergi para pihak menjadi sebuah bentuk interaksi sosial yang berkontribusi positif pada kelestarian hutan," kata Sutono.

Pada workshop penguatan pengelolaan konservasi hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TTNBBS) dan hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) melalui pemutakhiran data kerja internal dan mitra, Senin (30/10), Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno mengatakan, Provinsi Lampung mendapat target menjadi percontohan kawasan konservasi nasional.

Langkah tersebut, kata dia, merupakan solusi untuk pemanfaatan alam yang berkelanjutan dan memperhatikan kelestarian isi hutan. Ia mengatakan, jika dikelola dengan baik, dua wilayah konservasi di Lampung yakni TNBBS dan TNWK dapat bermanfaat bagi masyarakat. Wilayah konservasi juga memiliki nilai manfaat bagi masyarakat, kata Wiratno.

Sebagai warisan dunia yang telah ditetapkan UNESCO, kawasan hutan TNBBS menjadi benteng terakhir terhadap ancaman keamanan kawasan ekologi. Pemulihan ekosistem dan pengamanan hutan, serta penegakkan hukum menjadi sangat diperlukan.

Menurut Sutono, TNBBS menjadi benteng terakhir yang dimiliki Pulau Sumatra. Dimana, kawasan TNBBS memiliki flora dan fauna yang mulai punah. pemprov sangat berkomitmen memberikan perhatian serius terhadap kawasan TNBBS, untuk menjaga keutuhan dan kelestarian flora dan fauna terhadap ancaman kepunahan. Komitmen ini didasarkan pada pengamanan hutan dan penegakkan hukum secara tegas.

Ia mengatakan kawasan hutan TNBBS yang sebagian berada di Lampung telah menjadi warisan dunia oleh UNESCO dengan nama The Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (THRS). Sebagai warisan dunia, karena kawasan TNBBS berperan penting dalam ekologi tidak saja di Indonesia tetapi juga dunia.

Ancaman kepunahan terhadap flora dan fauna, menurut dia, telah terjadi. Perburuan liar, penebangan liar, dan pembukaan lahan masih berlangsung. Semua itu mengancam kepunahan gajah sumatra, harimau sumatra, badak sumatra, dan berbagai flora seperti bunga rafflesia (Rafflesia sp), Amorphophallus titanum, Amorphophallus deculsiva, dan anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement