Selasa 31 Oct 2017 16:38 WIB

Pengamat: Koalisi Nasionalis-Religius di Jabar Berisiko

Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pakar Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan menilai koalisi nasionalis-religius atau PKS dengan PDIP di Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 berisiko tinggi bagi pemilih dan kader kedua partai tersebut.

"Saya kira koalisi nasionalis-religius ini berisiko tinggi. Karena kalau dipaksakan bisa jadi pemilih atau kader militan dua partai ini malah mengalihkan dukungannya ke partai lain saat Pilgub Jawa Barat 2018 nanti," kata Firman Manan, di Bandung, Selasa (31/10).

Sebelumnya kader Partai Keadilan Sejahtera yang juga istri Gubernur Jawa Barat, Netty Heryawan menyebutkan bisa saja PKS dan PDI Perjuangan berkoalisi pada Pilgub Jawa Barat 2018 dan apabila koalisi terwujud bisa diberi nama Koalisi Nasionalis-Religius.

Menurut Firman kemungkinan PDIP berkoalisi dengan PKS dalam sebuah pilkada, termasuk Pilgub Jawa Barat bisa saja terjadi. Karena terkadang, parpol pragmatis tidak hanya mementingkan aspek ideologis.

"Seperti di Sulsel, itu PDIP dan PKS berkoalisi tapi kan kalau konteksnya di Jawa Barat berbeda, bahwa PKS-nya cukup kuat dan Jawa Barat itu pertarungan antara kubu nasionalis dengan religius," kata dia.

Terlebih, lanjut dia, jika melihat sejarah pelaksanaan Pilgub Jawa Barat 2008 dan 2013 maka PKS memiliki kekuatan atau menguasai pada dua pilgub sebelumnya. “Kalau kemudian PDIP nanti bergabung dengan PKS maka nanti akan ada masalah di konstituennya. Bukan tidak mungkin menjadi kontra produktif. Lalu pemilih tradisional yang tadinya memilih figur dari PKS di 2008 dan 2013, nanti malah akan mengalihkan dukungannya," kata dia.

Akan tetapi, dia menilai wajar apabila PKS mulai membuka diri dengan partai lain terutama yang berseberangan secara ideologi untuk menghadapi Pilgub Jabar 2018 yakni PDI Perjuangan. Terlebih koalisi yang dibangun dengan Partai Gerindra belum juga jelas untuk mengusung Deddy Mizwar dan Ahmad Syaikhu yang merupakan kader PKS.

"Sekarang ada poros alternatif (poros baru) yakni Partai Gerindra, PAN dan Partai Demokrat. Kalau terwujud malah enggak bisa maju. Jadi kembali ke dilematis," kata dia.

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement