Selasa 31 Oct 2017 16:03 WIB

WIFT Tahun Depan Diharapkan Lebih Baik Lagi

Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba (tiga kanan), memberikan penghargaan kepada Tim Simpon, observer IGFA, atas partisipasinya di turnamen mancing internasional WIFT 2017 di Pelabuhan Laut Babang, Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara pada Senin (29/10).
Foto: istimewa
Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba (tiga kanan), memberikan penghargaan kepada Tim Simpon, observer IGFA, atas partisipasinya di turnamen mancing internasional WIFT 2017 di Pelabuhan Laut Babang, Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara pada Senin (29/10).

REPUBLIKA.CO.ID, LABUHA -- Tim Simpson, observer dari International Game Fishing Association (IGFA), mengapresiasi Provinsi Maluku Utara yang menggelar turnamen mancing internasional 'Widi International Fishing Tournament' (WIFT) 2017 di sebuah pulau terpencil yakni Kepulauan Widi. Meski banyak yang perlu dibenahi, turnamen mancing internasional terakbar di Indonesia yang baru saja selesai pada Ahad (29/10) itu dinilainya terbilang sukses.

''Apa yang dilakukan pemerintah di sini sungguh hal yang luar biasa. Membawa orang ke pulau terpencil sungguh langkah yang patut diacungi jempol,'' kata Simpson ketika ditemui di sela-sela acara penutupan di Pelabuhan Laut Babang, Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara pada Senin (29/10) dinihari waktu setempat.

Sebagai sebuah langkah awal, kata Simpson, WIFT 2017 patut diapresiasi meski terdapat satu dua hal yang perlu dibenahi. Seperti masalah akomodasi, listrik dan toilet yang perlu ditingkatkan lagi kualitasnya.

''Masih ada ruang untuk berkembang menjadi lebih baik lagi,'' katanya. ''Tahun depan turnamen ini pasti bisa lebih baik lagi.''

Simpson yang memegang sejumlah rekor IGFA ini juga berkomentar soal potensi ikan perairan Kepulauan Widi. Meski banyak peserta WIFT 2017 yang kesulitan mendapatkan ikan, ia menilai hal tersebut bukan berarti minimnya potensi laut Widi. Itu lebih karena peserta belum menguasai medan karena memang Widi merupakan kepulauan yang belum banyak diketahui orang.

''Seperti saya yang bisa mudah mancing di Australia, karena sudah paham wilayahnya,'' kata lelaki asal Australia tersebut. ''Tapi mancing di area yang belum dikenal, itu jelas lebih sulit. Di situlah tantangannya.''

Tapi, ia setidaknya melihat ikan tuna besar di perairan Widi meski gagal menangkap ikan tersebut. "Saya melihat ikan tuna yang sangat besar. Itu menjadi bukti bahwa Widi memiliki potensi laut yang sangat besar,'' kata Simpson yang juga pemilik majalah mancing internasional 'Blue Water'.

Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba, mengaku senang karena WIFT 2017 berjalan lancar dan sukses. Banyak pemancing manca negara yang ikut tampil di turnamen berhadiah total Rp 400 juta ini. ''Sekarang dunia melihat Widi. Tadi Widi tidak ada yang mengenal, tapi sekarang mengenal Widi,'' kata Abdul Gani.

Sementara Bupati Halmahera Selatan, Bahrain Kasuba, berharap kegiatan WIFT 2017 menjadi jalan bagi Maluku Utara untuk mewujudkan mimpinya menjadi destinasi wisata mancing dunia dan lumbung ikan nasional. Ia berharap para peserta dapat mengabarkan keeksotikan Kepulauan Widi yang disebutnya sebagai 'sepotong surga yang jatuh di bumi Indonesia'. ''Mereka diharapkan akan mengabarkan eksotisnya keindahan Widi,'' katanya.

Turnamen WIFT 2017 diikuti 350 peserta yang terbagi dalam 50 tim. Ada 12 negara yang ikut serta yakni Amerika Serikat, Inggris, Swiss, Prancis, Selandia Baru, Malaysia, Timor Leste, India, dan Singapura. Mereka tergabung dalam 13 tim luar negeri. Sementara, ada 37 tim Indonesia yang berasal dari berbagai pelosok negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement