Selasa 31 Oct 2017 05:16 WIB

Ratusan Pengungsi Gunung Agung Tetap Bertahan di Pengungsian

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nur Aini
Pengungsi Gunung Agung menerima pelatihan wirausaha di Posko GOR Kompyang Sudjana, Denpasar Barat, Jumat (13/10)
Foto: Mutia Ramadhani/Republiia
Pengungsi Gunung Agung menerima pelatihan wirausaha di Posko GOR Kompyang Sudjana, Denpasar Barat, Jumat (13/10)

REPUBLIKA.CO.ID,KARANGASEM -- Para pengungsi yang berasal dari kawasan rawan bencana (KRB) I dan II mulai pulang ke rumah masing-masing. Salah satu yang ditinggalkan pengungsi yakni posko pengungsian relawan Dompet Sosial Madani (DSM) Bali di Desa Bukit, Kabupaten Karangasem.

DSM Bali membentuk lima posko untuk pengungsi Gunung Agung di Desa Bukit, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Kelima posko tersebut berlokasi di lima banjar, yaitu Tibulaka Sasak, Tiing Jangkrik, Karang Sasak, Bukit Tabuan, dan Kampung Anyar. Manager Program DSM Bali, Muhammad Nursoleh mengatakan ratusan pengungsi sudah kembali ke kediamannya masing-masing setelah pemerintah mengumumkan penurunan status Gunung Agung dari awas atau level empat ke siaga atau level tiga.

Jumlah pengungsi yang berada di posko-posko tersebut sebelumnya mencapai 1.319 jiwa. "Kini hanya tersisa 106 jiwa yang berasal dari KRB III yang bertahan di tempat-tempat yang disediakan," kata Nursoleh kepada Republika.co.id, Senin (30/10).

Nursoleh mengatakan mayoritas pengungsi yang bertahan ditempatkan di rumah-rumah penduduk yang terkoordinasi dengan DSM Bali. Relawan langsung mendistribusikan bantuan logistik ke rumah-rumah yang disediakan. Sebelumnya pengungsi ditempatkan di tenda-tenda darurat, atau masjid terdekat di luar zona merah. Saat ini sekitar 37 jiwa pengungsi ditempatkan di tiga rumah di Banjar Tiing Jangkrik, sementara 27 jiwa ditempatkan di tiga rumah di Banjar Jeruk Manis. Sisanya ditempatkan di enam titik di Banjar Karang Cermen.

Pengungsi yang pulang mayoritas beragama Hindu. Mereka pulang karena ingin merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan bulan depan. Hari Suci Galungan jatuh pada Buda Kliwon Dungulan 1 November 2017, sementara Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, 11 November 2017.

Dayu Putri (22 tahun) pengungsi di Posko Kompyang Sudjana, Denpasar mengaku keluarganya pulang hanya sementara, karena ingin memperingati Galungan di rumah dan kampung halaman. Pengungsi yang berasal dari Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem ini berencana kembali ke pengungsian setelah Galungan.

Perempuan satu anak ini masih waswas dengan kondisi Gunung Agung yang masih berpotensi erupsi. Hal paling dikhawatirkannya adalah keselamatan anak semata wayangnya, Ayu Desiana Putri yang masih berumur sembilan bulan. "Jika kondisi Gunung Agung sudah benar-benar aman, baru kami pulang," katanya.

Dayu lebih dari sebulan berada di pengungsian. Hal paling ditakutinya dari erupsi Gunung Agung adalah asap dan awan panas. Demi si buah hati, Dayu rela mengungsi jauh bersama keluarga besarnya yang berjumlah tujuh kepala keluarga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement