Senin 30 Oct 2017 20:11 WIB

Kemendikbud: Banyak Aspek Pelajar Tertarik Geng Motor

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Gita Amanda
Puluhan tersangka dihadirkan saat rilis hasil operasi cipta kondisi terkait geng motor di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (2/6).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Puluhan tersangka dihadirkan saat rilis hasil operasi cipta kondisi terkait geng motor di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (2/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut banyak aspek sebabkan pelajar tertarik bergabung geng motor atau kelompok bermotor.

Semua itu penyebabnya sangat kompleks, salah satunya salah asuh dari pihak keluarga, kata Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud Sukiman kepada Republika.co.id, Senin (30/10).

Ia menjabarkan latar belakang ketertarikan remaja terhadap kelompok bermotor, seperti, permasalahan keluarga rusak, frustrasi, atau sekedar mencari jati diri. Ia menjelaskan keberadaan kelompok bermotor, sebuah fenomena penyimpangan perilaku remaja dan pemuda kompleks penyebabnya.

Menurut dia, penyimpangan perilaku itu selalu ada dari waktu ke waktu. Kendati, memiliki intensitas berbeda. Sukiman mengatakan pada 1970an, masyarakat mengenal komunitas anak jalanan bermotor yang meresahkan. Kemudian, pada 1980-1990an marak tawuran antarpelajar, khususnya di Jakarta.

Pun tawuran itu disertai pengrusakan kendaraan umum. Pada awal 2000an hingga saat ini, ia melanjutkan, masyarakat mengenal geng motor atau kelompok bermotor cukup meresahkan. Fenomena penyimpangan perilaku seperti komunitas punk, misalnya, terkadang mengganggu ketertiban umum. Ia menurutkan, geng motor hanya salah satu bentuk penyimpangan perilaku cukup banyak anggotanya.

Namun, Sukiman mengatakan banyak geng-geng tidak kalah meresahkan. Bahkan, ia menuturkan, kalangan pelajar juga mengenal adanya geng-geng.

Menurut dia, permasalahan ini menjadi kewajiban semua pihak menekan dampak negatif dari geng itu. Ia mengatakan, idealnya masyarakat dan pemangku kepentingan dapat mengupayakan penyadaran kepada pelajar, kembali pada jalan benar, menjauhkan dari tindakan anarkhis, apalagi sampai mengganggu ketertiban umum.

"Pemuda memiliki energi lebih, Insya Allah jika dapat diarahkan ke kegiatan positif dapat menjadi kegiatan yang produktif," tutur Sukiman.

Namun, ia menuturkan apabila remaja menggunakan energinya pada hal negatif, dapat mengganggu proses pembangunan bangsa.

Polres Garut menertibkan kelompok berandalan bermotor pada Sabtu (28/10) malam. Dari penertiban itu, petugas menemukan anggota kelompok bermotor berusia sekolah.

Kepala Bagian Operasi Polres Garut Kompol Liman Heryawan menyebut sejumlah pelajar SMP dan SMA terlibat kelompok bermotor.

"Tadi setelah kami lakukan pendataan ternyata ada beberapa pelajar ikut kelompok yang bernama XTC," katanya kepada wartawan di Garut, Ahad (29/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement