Senin 30 Oct 2017 07:21 WIB

Golkar: Duet Ridwan Kamil-Daniel Belum Pasti

Rep: Umar Mukhtar, Ronggo Astungkoro/ Red: Elba Damhuri
(dari kiri) Sekjen PPP Arsul Sani, Walikota Bandung Ridwan Kamil, Ketua PPP Romahurmuziy, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum dan Waketum PPP Arwani Thomafi berbincang pada acara deklarasi cagub dan cawagub Jabar di Kantor DPP PPP, Jakarta, Selasa (24/10).
Foto: Republika/Prayogi
(dari kiri) Sekjen PPP Arsul Sani, Walikota Bandung Ridwan Kamil, Ketua PPP Romahurmuziy, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum dan Waketum PPP Arwani Thomafi berbincang pada acara deklarasi cagub dan cawagub Jabar di Kantor DPP PPP, Jakarta, Selasa (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rekomendasi yang diberikan oleh Partai Golkar kepada M Ridwan Kamil atau Emil dan anggota DPR Daniel Muttaqien sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Jawa Barat dinilai belum final. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa I DPP Partai Golkar Agun Gunandjar Sudarsa menyebutkan, berbagai pertimbangan masih dimungkinkan terjadi sampai pada momentum penetapan pasangan calon yang didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat.

“Masih ada kemungkinan-kemungkinan karena (rekomendasi) yang kemarin disampaikan itu bukan dokumen yang secara definitif akan disampaikan ke KPU Jawa Barat,” kata Agun dalam siaran persnya, Sabtu (28/10).

Karena itu, Agun meminta kepada DPP Partai Golkar agar memperhatikan dengan sungguh-sungguh dedikasi dan loyalitas Ketua DPD Partai Golkar Dedi Mulyadi untuk partai selama ini. Menurut Agun, bupati Purwakarta tersebut telah berhasil menciptakan soliditas yang kuat di Jawa Barat.

“DPP Jawa I meminta kepada DPP Partai Golkar agar memberikan apresiasi kepada Saudara Dedi Mulyadi yang telah berhasil membangun kesolidan di Golkar Jawa Barat,” katanya.

Permintaan tersebut bukan tanpa alasan. Agun mengingatkan, Jawa Barat menjadi ruh semua partai politik di tingkat nasional. Hal itu berimplikasi pada perolehan suara masing-masing partai dalam momen pilkada 2018 maupun pileg dan pilpres 2019 mendatang. Karena itu, kesolidan menjadi penting. Sebab, berkaitan dengan kemenangan berbagai kontestasi politik, seperti pilkada, pileg, dan pilpres. “Nah, saudara Dedi telah berhasil menciptakan itu,” kata dia.

Kesolidan internal Partai Golkar, menurut Agun, dibuktikan dengan perolehan elektabilitas yang terus-menerus naik. Kondisi ini berbanding terbalik dengan daerah lain, bahkan dengan elektabilitas partai berlambang pohon beringin tersebut secara nasional yang terus menurun.

“Pengurus dan kader di arus bawah ini sangat nyaman dengan pola yang dibangun oleh saudara Dedi, sehingga Golkar di Jawa Barat elektabilitasnya naik, solidnya internal, dan berhasil meraih simpul eksternal. Ini aset besar bagi Partai Golkar. Makanya, solid dulu, baru berkarya.”

Sebelumnya, DPP Partai Golkar melalui Sekretaris Jenderal Idrus Marham memberikan keterangan pers bahwa Partai Golkar telah memberikan rekomendasi untuk Ridwan Kamil dan Daniel Muttaqien untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat pada 2018 mendatang. Mengenai hal itu, Dedi Mulyadi berjanji akan memberikan penjelasan lengkap terkait manuver DPP Partai Golkar yang memberikan dukungan untuk Emil-Daniel.

“Mungkin hari Senin ya, nanti saya kasih tahu teman-teman media,” kata Dedi usai menghadiri Peringatan Hari Sumpah Pemuda Tahun 2017 yang diadakan PDIP, di Sasana Budaya Ganesha Bandung, Sabtu (28/10).

Dedi meminta agar kehadirannya ke acara PDIP tidak dijadikan spekulasi terkait kabar dia akan merapat ke partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri tersebut.

Pada hari yang sama, saat menghadiri peringatan Sumpah Pemuda di outlet Eiger, Kota Bandung, Emil menyatakan, dia masih menunggu panggilan Partai Golkar seiring dengan keluarnya rekomendasi partai berlambang pohon beringin itu untuk mendukung dirinya di pilgub 2018.

“Hari ini saya belum dipanggil terkait Golkar. Jadi, semua berita Golkar via pertemuan atau telepon dan konferensi pers, saya belum bisa membuat rilis resmi,” kata Emil.

Emil pun mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan DPP Partai Golkar. Ia menduga, rasionalisasi dukungan Golkar karena mempertimbangkan elektabilitas dirinya yang konsisten dalam berbagai survei. “Rasionalisasi itu Golkar ingin menang.

Ukuran menangnya itu salah satunya dari survei. Mungkin karena saya konsisten disurveinya baik, mungkin itu yang jadi alasan,” ujar Emil seraya menyatakan menyerahkan figur calon pendampingnya kepada partai anggota koalisi.

Saat ini, Emil sudah mengantongi dukungan dari Nasdem, PKB, PPP, dan Partai Golkar. Sekretaris Jenderal DPP PPP Arsul Sani menyatakan, penentuan cawagub Jawa Barat yang akan mendampingi Emil harus didasarkan hasil survei lembaga independen agar objektif.

“Nama cawagub yang diusung masing-masing parpol harus disurvei terlebih dahulu untuk melihat popularitas atau keterkenalan nama yang bersangkutan. Dengan begitu, maka penentuan cawagub pendamping Kang Emil akan lebih objektif,” ujar Arsul. PPP, kata dia, sudah memiliki nama cawagub calon pendamping Emil, yakni Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan, langkah Partai Golkar yang tak jadi mengusung Dedi Mulyadi menjadi cagub Jawa Barat sebagai langkah yang fatal. Partai tersebut pun dianggap bermain aman.

“Dengan begitu proses kaderisasi tidak berjalan. Dedi yang kader tulen Golkar disakiti hanya demi mendukung Ridwan Kamil,” kata Ujang. (Editor: EH Ismail).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement