REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengatakan arus digitalisasi yang terjadi saat ini menambah tantangan yang harus dihadapi pemerintah. Sebisa mungkin, berbagai kemajuan teknologi yang ada harus ditanggapi positif sekaligus menjadi fasilitas bagi perkembangan kreativitas pemuda, bukan sebaliknya.
"Youtube misalnya, informasi (menyebar) begitu cepatnya. Dan itu kalau kita tidak selektif bisa jadi akan mempengaruhi kita. Nah fondasinya adalah agama, budaya, dan tradisi," kata Imam saat memberikan predikat 'Kota Layak Pemuda' bagi 10 kabupaten/kota di Indonesia, Ahad (29/10).
Imam menyebutkan, watak pemuda dan pemuda saat ini merupakan produk dari proses panjang baik kebijakan, situasi sosial, dan proses politik selama ini. Begitu pula dengan berbagai dinamika politik-sosial yang terjadi saat ini, akan menghasilkan pemuda-pemudi dalam kurun waktu satu dekade mendatang.
Imam mengingatkan anak muda, sembari melihat dunia melalui berbagai platform media sosial yang ada, perlu juga beraktivitas berlandaskan jati diri dan akar budaya Bangsa Indonesia. Selain itu, Imam meyakini, proses digitalisasi justru bisa dimanfaatkan anak muda saat ini untuk mempromosikan dan komunikasikan pemikiran termasuk prestasi yang dimiliki.
"Bagaimana mengawal digitalisasi ini adalah tantangan kami. Tapi ingat, peranan keluarga itu penting, pendidikan, pemerintah penting, dan masyarakat penting. Dan tentu peranan media sangat penting. Media harus berikan berita yang jujur dan obyektif," katanya.
Tantangan arus digitalasisi bakal semakin berat dengan ledakan penduduk usia produktif yang bakal mulai terasa pada 2020 mendatang. Imam menerangkan, fenomena dominasi penduduk berusia produktif atau bonus demografi bakal menjadi petaka bila pemerintah tidak melakukan langkah preventif saat ini.
Upaya pencegahan, yakni pembinaan potensi generasi muda termasuk memberikan ruang ekspresi di setiap daerah dan menggalang kegiatan-kegiatan positif di masing-masing kota/kabupaten. Seluruh langkah ini bertujuan mencegah penyaluran energi yang tidak pada tempatnya dan berujung pada premanisme, misalnya.
"Kalau tidak kita kawal dengan kebijakan dan jalan panjang dan mengawal eksistensi anak muda, justru bisa menjadi bencana besar," katanya.