Sabtu 28 Oct 2017 21:40 WIB

PVMBG Tunggu Aktivitas Gunung Agung Stabil

Warga turut memantau Gunung Agung yang bertepatan satu bulan berstatus awas di Pos Pengamatan Gunung Api Agung Desa Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (21/10). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam evaluasinya menyebutkan adanya penurunan aktivitas vulkanik dalam beberapa hari terakhir namun statusnya masih level awas karena berbagai faktor.
Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana
Warga turut memantau Gunung Agung yang bertepatan satu bulan berstatus awas di Pos Pengamatan Gunung Api Agung Desa Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (21/10). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam evaluasinya menyebutkan adanya penurunan aktivitas vulkanik dalam beberapa hari terakhir namun statusnya masih level awas karena berbagai faktor.

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Giologi, Kementerian ESDM hingga saat ini masih menunggu kondisi aktivitas Gunung Agung beberapa hari ke depan hingga mengarah stabil.

"Berdasarkan data satu minggu terakhir ini, kami melihat aktivitas vulkanik Gunung Agung menurun kisaran 100 kali hingga 300 kali per harinya," kata Kasubid Mitigasi Gunung Agung Wilayah Timur dari PVMBG Badan Giologi, Kementerian ESDM, Devy Kamil saat ditemui di Pos Pantau Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Sabtu (28/10).

Namun, PVMBG tidak bisa mengambil kesimpulan terbaik. Sebab, perlu mempertimbangakan apakah penurunan ini justru berbahaya atau tidak, sehingga tim PVMBG menunggu sampai sinyal aktivitas vulkanik Gunung Agung (3142 mdpl) ini benar-benar stabil total.

"Kami tetap mengingatkan bahwa aktivitas Gunung Agung ini perlu tetap kami pantau, karena penurunannya sangat drastis dan kondisi gunung tertinggi di Bali ini belum kembali ke kondisi normalnya," ujarnya.

Ia menuturkan, dalam kondisi normal aktivitas kegempaan Gunung Agung hanya terdeteksi dalam kurun waktu satu hingga dua bulan sekali atau bahkan tidak terekam sama sekali. "Sehingga penurunan aktivitas Gunung Agung ini akan kami tindaklanjuti dan terus dievaluasi," ucapnya.

Untuk deformasi atau perubahan bentuk Gunung Agung saat ini, kata Devy Kamil, mengalami perlambatan dalam satu minggu terakhir ini. "Bukan berarti juga deformasi Gunung Agung ini sudah kembali ketitik aslinya, namun kami terus pantau tiap harinya," ujarnya.

Sebelumnya, Gunung Agung mengalami kenaikan atau aplif (vertical displacement) mencapai enam sentimeter pada 19 September 2017 lalu. Namun, setelah terjadi vertical displacement ini, deformasi Gunung Agung belum kembali seperti normal dan tetap tertahan di kisaran angka itu.

"Jadi hingga saat ini deformasi Gunung Agung masih tertahan atau dalam posisi tidak mengalami kenaikan maupun penurunan. Artinya, deformasi Gunung Agung ini mengalami perlambatan dan bukan berarti sudah kembali ke dalam kondisi normalnya," ujarnya.

Untuk itu, ia menilai meskipun aktifitas vulkanik Gunung Agung menurun, namu belum kembali kedalam kondisi normal. Hingga pukul 00.00 Wita hingga 18.00 Wita pada 28 Oktober 2017 tercatat aktivitas kegempaan vulkanik dangkal 48 kali, vulkanik dalam 55 kali dan tektonik lokal dua kali durasi 49 detik, tektonik jauh dua kali durasi 80-84 detik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement