Ahad 29 Oct 2017 02:15 WIB

UMKM 'Selamatkan' Sumbar dari Lesunya Daya Beli

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
 Pengunjung melihat pameran UMKM Sumatera Barat. ilustrasi
Foto: Republika/ Wihdan
Pengunjung melihat pameran UMKM Sumatera Barat. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Tren lemahnya daya beli masyarakat juga terasa di Sumatra Barat. Sejumlah pelaku usaha, khususnya ritel, mengeluhkan sepinya pembeli dan penurunan omzet hingga 50 persen dibanding tahun 2016 lalu. Namun sepertinya kelesuan ekonomi skala nasional mampu diimbangi oleh banyaknya pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sumatra Barat.

Dominasi UMKM di Sumbar mampu menahan gejolak sepinya peminat ritel, seperti yang terjadi di ibu kota saat ini. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Perwakilan Sumatra Barat mencatat, lebih dari 90 persen jenis usaha di Sumbar termasuk kelompok UMKM.

Hal ini lah yang membuat geliat ekonomi di Sumatra Barat masih relatif stabil. Meski begitu, pemerintah tetap dianggap perlu mewaspadai lesunya sektor ritel.

Ketua Apindo Sumbar Muzakir Aziz mengungkapkan, penurunan daya beli diakui Muzakir memang dirasakan sebagian besar pengusaha di Sumatra Barat. Namun menurutnya, rendahnya daya beli skala nasional lebih berdampak pada industri ritel. "Itu lah mengapa sepinya pembeli sangat terasa di pusat perbelanjaan," ujarnya, Sabtu (28/10).

Di sisi lain, katanya, bila melihat ke pasar tradisional di Sumatra Barat, terbukti bahwa geliat ekonomi masyarakat masih menyala. "Saya pikir daya beli memang terasa menurun. Namun tidak sampai membuat kolaps. Nah, yang berisiko kolaps justru yang besar-besar. Karena besarnya biaya operasional. UMKM? Tahan banting," katanya.

Bicara mengenai pergeseran perilaku konsumen dari transaksi konvensional ke daring (online), Muzakir memandang Sumbar masih belum terkena imbas tren belanja daring. Apalagi menurutnya, belum banyak masyarakat di perdesaan yang doyan belanja secara daring dengan gawai ponselnya.

"Belum terlalu sih ya. Apalagi yang di desa belum begitu melek teknologi. Tapi bagaimanapun juga pelaku ritel tetap harus waspada. Inovasi harus ada," katanya.

Kepala Dinas Pedagangan Kota Padang Endrizal menampik bahwa penurunan daya beli terasa signifikan di wilayah yang ia kelola. Dilihat dari kaca mata Pemerintah Kota, geliat perdagangan masih positif di sentra-sentra perbelanjaan di Padang.

Pasar Raya misalnya, setelah renovasi besar-besaran yang dilakukan oleh Pemkot, saat ini pembeli mulai merasakan kenyamanan berbelanja. Endrizal mencatat ada kenaikan jumlah pembeli di Pasar Raya Padang.

"Pasar masih ramai loh ya. Kalau SPR Plaza misalnya, dulu bayar listrik susah, sekarang sudah oke," katanya.

Endrizal memandang bahwa kinerja perdagangan di Kota Padang dan Sumatra Barat secara umum terdongkrak oleh pertumbuhan kunjungan wisata ke Tanah Minang. Gencarnya promosi wisata halal membuat destinasi-destinasi wisata di Sumatra Barat semakin populer.

Banyaknya wisatawan baik lokal atau mancanegara ini lah yang ia yakini menyumbang kontribusi terhadap pertumbuhan transaksi di Sumatra Barat. "Hunian hotel di Padang nyaris 100 persen di akhir pekan. Wisatawan kemudian belanja di sini. Kami juga gencar mengadakan event di Padang. Hal ini yang membantu daya beli kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement