Kamis 26 Oct 2017 09:16 WIB

PKL Lebih Suka Jualan di Trotoar, Anies Tetap akan Tertibkan

Rep: Zahrotul Oktavian, Mas Alamil Huda/ Red: Elba Damhuri
Pedagang kaki lima (PKL) berjualan di sepanjang pedestrian di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (25/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pedagang kaki lima (PKL) berjualan di sepanjang pedestrian di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Deretan pedagang kaki lima (PKL) dari ujung Jalan Jatibaru Raya dekat Stasiun Tanah Abang mengular ke arah belakang hingga arah jalan layang. Puluhan PKL tersebut menjajakan berbagai macam jualan. Mulai dari kebutuhan sandang, jilbab, hingga aksesoris; seperti topi dan bandana.

Puluhan PKL tersebut memilih untuk berjualan di trotoar dibandingkan tempat yang sudah disiapkan di Blok G Pasar Tanah Abang. Lokasi yang jauh dari pusat keramaian membuat para pedagang memilih kembali berjualan di jalur pedestrian.

Salah satu pedagang di lokasi tersebut, Emak, mengatakan, jika ia dan para pedagang lainnya lebih suka berjualan di trotoar. Lokasinya yang dekat Stasiun Tanah Abang membuat pembeli bisa langsung melihat-lihat barang dagangan dan mendekat apabila tertarik.

Emak mengatakan, kondisi itu berbeda jika pedagang berjualan di Blok G. Pembeli harus berjalan jauh dan menaiki tangga. Menurut Emak, pembeli akan malas melewati rute melelahkan sehingga lebih memilih yang lokasinya strategis.

Emak menegaskan, para PKL sudah tertib dan menyisakan ruang bagi pejalan kaki. Dia pun berjualan di belakang batas garis kuning. Karena trotoar yang ada sudah cukup lebar, sambung dia, sehingga pejalan kaki masih bisa leluasa.

"Di sini juga kita //enggak// ganggu jalan //kok//. //Kan// kalau (jualan) di trotoar sini lebih //deket// dari stasiun. Orang biasa datang, pelanggan //kan// dari stasiun," ucap Emak saat ditemui di Jalan Jatibaru Raya, Jakarta Pusat, Rabu (25/10).

Emak pun membantah berbagai pemberitaan yang menyatakan PKL menyebabkan kemacetan parah di Tanah Abang. Dia menuturkan, tidak benar PKL menyebabkan arus lalu lintas terganggu. Menurut Emak, yang menyebabkan kemacetan karena memang di lokasi tersebut adalah pusat grosir. Sehingga, akan banyak kendaraan bermotor lalu-lalang dan ditambah angkutan kota (angkot) yang berhenti sembarangan menunggu penumpang.

Emak mengaku, petugas memang mengarahkan para PKL untuk pindah ke Blok G. Namun, pihaknya tidak mau karena di lokasi tersebut sepi pembeli. Belum lagi ia masih dikenakan biaya sewa yang jelas memberatkan pedagang kecil. Dia menerangkan, pendapatan yang diraup oleh PKL tidak seberapa jika harus digunakan untuk membayar sewa dan barang dagangan terancam tak laku.

"Penjualan lagi turun. Apalagi dari setelah Lebaran kemarin. Sekarang sehari cuma bisa dapat Rp 100 ribu. Beda sama waktu dulu. Sekarang yang dipikir buat makan aja. Buat anak sekolah. Mana mikirin yang lain," ucap Emak.

Pedagang lainnya, Ropiyatun, juga memilih berjualan di trotoar dan tak mau pindah ke Blok G karena harga sewanya yang mahal. Pendapatan yang diterimanya sehari-hari tidak sebanding jika masih harus membayar sewa kios. Dia menilai tempat yang sudah disiapkan Pemprov DKI tersebut lebih cocok jika diberikan kepada pemilik toko besar, bukan PKL seperti dirinya.

Ropiyatun sebenarnya adalah pedagang di Kota Tua. Namun, sejak PKL di sana dipindahkan ke lokasi binaan (lokbin) Jalan Cengkeh, ia memilih pindah ke Tanah Abang karena tak mau membayar biaya sewa tempat. Ropiyatun yang saat ini berjualan topi dan bando hias merasa hanya membutuhkan satu stan untuk menaruh dagangannya.

Ropiyatun juga merasa para PKL sudah disiplin dengan memberi ruang bagi pengguna trotoar untuk lewat. Dia menuturkan, trotoar yang digunakannya cukup lebar sehingga tak sampai mengganggu pejalan kaki.

Warga bernama Erni yang kerap ke Tanah Abang mengaku memang lebih suka membeli barang dagangan milik PKL. Dia enggan masuk ke Blok G karena lokasinya jauh dari stasiun. Erni yang merupakan warga Bogor menilai, selama PKL tersebut teratur maka tidak menjadi masalah berjualan di trotoar.

Erni pun menyarankan agar PKL tersebut ditata agar sedikit rapi dan enak dipandang. "Kalau kita beli banyak kan enggak masalah bawanya, karena deket ke stasiunnya. Kalau (pedagang) pindah (ke Blok G) gitu kan jadi jauh. Belum naik turun tangga. Bawa banyak gitu kan ribet," ucap Erni.

Sementara itu, Gubernur DKI Anies Baswedan memastikan akan menertibkan PKL di Tanah Abang. Dia tidak ingin para pedagang merebut fungsi trotoar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Anies mengatakan akan memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pengecekan ke lapangan terkait informasi banyaknya PKL yang memenuhi trotoar hingga badan jalan. Untuk penertiban secara teknis akan segera dibahas bersama jajarannya.

"Tentu harus ada penertiban, pokoknya semua kita tertibkan lagi. Nanti caranya kita bicarakan (bersama Satpol PP)," kata Anies.

(Editor: Erik Purnama Putra).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement