Rabu 25 Oct 2017 18:59 WIB

Dinodai 21 Orang, Komnas Perempuan: Itu Traumanya Luar Biasa

Rep: Mabruroh/ Red: Andi Nur Aminah
Korban perkosaan (ilustrasi).
Foto: Archive.indianexpress.com
Korban perkosaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tindak kejahatan seksual terhadap anak kembali terjadi. Siswi SMP kelas VII di Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi korban pencabulan oleh 21 orang.

Komnas Perempuan mengecam keras aksi biadab yang dilakukan oleh para pelaku. Komisioner Komnas perempuan, Indri Suparno berpendapat, anak-anak korban pencabulan itu akan mengalami traumatik yang luar biasa dan akan mengganggu masa depannya. "Apalagi ini (pencabulan, Red) dilakukan sekelompok orang, pasti traumanya luar biasa, bagaimana dengan gangguan kesehatan dan sistem reproduksinya, pasti butuh perhatian," ujar Indri saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Rabu (25/10).

Indri menambahkan, Luwu merupakan salah satu wilayah yang amat jauh dari pusat pemerintahan. Sehingga dia semakin merasa khawatir akan pelayanan perlindungan terhadap korban itu sendiri. "Saya tahu betul, Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) di sana belum berjalan maksimal, ini pasti akan lebih menyulitkan korban," ungkapnya.

Jika saja lokasi korban dekat dengan akses kota terutama rumah sakit, dia mengaku sedikit lega. Setidaknya, akan ada jaminan untuk proses pemulihan korbam. Namun karena korban tinggal di desa, Indri mengaku tidak yakin. "Kalau posisi korban ada di kota itu lebih memungkinkan ada pendamping, ada rumah sakit, tapi kalau di desa-desa saya tidak yakin pemulihan bisa ditangani," ujarnya.

Oleh karena itu, Indri mendorong agar organisasi perempuan atau para pemerhati perempuan di Kabupaten Luwu dapat segera berkoordinasi atas peristiwa ini. Dengan harapan mereka dapat sesegera mungkin untuk berkomunikasi dengan dinas soaial maupun dinas kesehatan dan P2TPA untuk melakukan sesuatu terhadap pemulihan trauma korban.

"Kami mendorong organisasi perempuan atau pemerhati perempuan untuk berkoordinasi dengan Dinsos dan Dinkes dan P2TPA untuk segera melakukan sesuatu membantu korban," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement