REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Bencana tanah bergerak yangt terjadi di Kabupaten Banyumas dan Banjarnegara, menyebabkan puluhan rumah mengalami kerusakan. Di Banyumas, tanah bergerak terjadi di Desa Karangkemojing Kecamatan Gumelar dan menyebabkan 9 rumah mengalami kerusakan.
Sedangkan di Banjarnegara, bencana tanah bergerak terjadi di dua desa, yakni Desa Sipedang Banjarmangu dan Desa Kaliajir Kecamatan Purwonegoro. Di dua desa ini, ada puluhan rumah yang mengalami kerusakan akibat bencana tersebut.
Komandan Tim Reaksi Cepat BPBD Banyumas, Kusworo, menyebutkan bencana tanah bergerak di Desa Karangkemojin disebabkan kondisi tanah yang labil ditambah hujan deras yang turun beberapa waktu lalu. ''Ada sembilan rumah yang mengalami kerusakan berupa tembok rumah dan pondasi retak,'' jelasnya, Rabu (25/10).
Dari sembilan rumah yang mengalami kerusakan, dia menyebutkan, satu rumah sudah dibongkar karena kondisinya sudah membahayakan. ''Saat ini, rumah yang sudah dibongkar tersebut sedang dilakukan relokasi ke lokasi yang aman,'' jelasnya.
Terkait bencana tersebut, dia menilai, lahan di lokasi bencana tersebut memang tidak layak dijadikan pemukiman. Berdasarkan laporan warga, pergerakan tanah sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu, dan semakin kuat saat musim hujan berlangsung. ''Seharusnya, warga yang tinggal di lokasi itu memang seluruh direlokasi,'' katanya.
Sementara di Kabupaten Banjarnegara, tercatat ada 20 rumah di Desa Sipedang Kecamatan Banjarmangu yang mengalami kerusakan akibat tanah bergerak. Kerusakan berupa tembok rumah yang mengalami retak, lantai ambles, hingga pondasi bergeser.
Kepala Dusun 1 Desa Sipedang, Judi, mengatakan pergerakan tanah di wilayah desanya memang tidak dirasakan masyarakat. Namun tiba-tiba saja bagian-bagian rumahnya mengalami kerusakan.
''Rumah yang mengalami kerusakan, sebenarnya sudah berlangsung cukup lama. Terutama saat musim hujan berlangsung. Namun karena kerusakan tidak terlalu parah, banyak warga yang kemudian memperbaiki sendiri kerusakan rumahnya,'' jelasnya.
Menurutnya, bencana pergerakan tanah ini diduga akibat tanah terus bereser ke arah aliran sungai Erang. Lokasi aliran sungai tersebut, bnerlokasi sekitar 500 meter di bawah pemukiman. ''Rumah-rumah yang di atas tebing sungai inilah yang mengalami kerusakan,'' jelasnya.
Untuk mengurangi dampak pergerakan tanah tersebut, Judi menyebutkan, Pemerintah Desa sudah membangun dam di tiga titik. Namun dia menyebutkan, dengan kondisi keuangan yang terbatas, pembangunan dam tersebut tidak bisa menyeluruh. ''Kami berharap Pemkab bisa membantu membangunan dam yang lebih besar sehingga pencegahan longsor di desanya bisa lebih efektif,'' jelasnya.
Sementara di Desa Kaliajir Kecamatan Purwanegara, ada 60 rumah yang mengalami kerusakan akibat tanah bergerak. Kepala Desa Kaliajir, Zaenal Arifin menjelaskan rumah warga yang retak terdapat di empat RT.
Dia menyebutkan, bencana tanah bergerak di empat wilayah RT tersebut sebenarnya sudah berlangsung lama. Terutama pada musim penghujan, kerusakan yang terjadi di rumah-rumah warga tersebut menjadi semakin parah. ''Sampai sekarang tanah terus bergerak. Terutama bila terjadi hujan deras, kami minta warga untuk waspada. Kalau memang membahayakan, kami minta agar mengungsi,'' katanya.