REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengajarkan seni bernegosiasi dengan rakyat terkait proyek pemerintah. Anies mendatangi pemilik lahan dan berbicara dengan mereka terkait solusi terbaik yang harus diambil.
Ini dilakukan Anies saat bertemu dengan pemilik lahan dan bangunan yang menghambat proyek MRT di Jl Fatmawati, Jakarta Selatan. Anies menemui Mahesh dan Sigit yang masih mempunyai tanah dan toko yang kemudian sepakat digusur. Dengan begitu, proyek MRT di Stasiun Haji Nawi, Fatmawati, Jakarta Selatan dipastikan bisa berjalan lancar.
Sigit mengungkapkan, ia sudah bolak-balik minta mediasi tetapi tidak kunjung diakomodasi. "Saya ingin mematuhi hukum, tapi Pemdanya naik banding. Jadi saya sebenarnya lebih ingin kepastiannya bagaimana," kata Sigit, Jumat (20/10).
Hal yang sama diungkapkan Mahesh. Ia tidak masalah akan adanya penggusuran asalkan sesuai dengan peraturan di undang-undang. "Ingin sesuai undang-undang. Ada kerugian ekonomis, ada tenggat waktu, ada macam-macam. Ini kan proyek negara, proyek nasional," kata Mahesh.
Pada saat membujuk kedua warga, Anies mengingatkan bahwa proyek MRT adalah proyek nasional. Ia tidak ingin ada apapun yang terhambat.
"Ini untuk kepentingan nasional. Kalau soal nego harga mari kita ngobrol. Tapi saya tidak ingin ini terhambat," kata Anies.
Setelah mengobrol dengan Anies, Mahesh dan Sigit setuju bangunannya langsung dirobohkan. Secara simbolik, Anies bersama Mahesh memegang palu dan memukul pagar bangunan milik Mahesh.