Sabtu 21 Oct 2017 01:55 WIB

Keraton Solo yang Merasa tak Semenarik Tawangmangu

Rep: andrian Saputra./ Red: Joko Sadewo
SURO KASUNANAN. Kerbau bule keturunan kerbau pusaka Kyai Slamet Keraton Surakarta Hadiningrat, diarak sebagai pembuka Kirab 1 Suro di kawasan Gladag, Solo, Jateng, Sabtu (26/11) malam. Ritual tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1
Foto: Antara/Andika Betha
SURO KASUNANAN. Kerbau bule keturunan kerbau pusaka Kyai Slamet Keraton Surakarta Hadiningrat, diarak sebagai pembuka Kirab 1 Suro di kawasan Gladag, Solo, Jateng, Sabtu (26/11) malam. Ritual tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Tahun Baru Islam 1

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pengageng Pariwisata Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Benowo bingung untuk mengembangkan sektor kepariwisataan di keraton. Pejabat tinggi di Bebadan Keraton itu mengatakan di antara sejumlah agenda tahunan keraton, hanya upacara sekaten yang mampu menarik minat wisatawan. 

"Saya agak bingung ya karena keraton itu kan sudah punya agenda yang ada hubungannya dengan pariwisata, tapi yang bisa dijual untuk pariwisata hanya sekaten, yang uangnya bisa langsung dinikmati atau masuk ke keraton, yang lainnya tidak, kata Benowo pada Jumat (21/10). 

Benowo menjadi salah satu keluarga keraton yang masuk dalam struktur Bebadan Baru yang dibentuk raja Keraton Surakarta yakni Pakubuwana XIII pada pekan lalu. Benowo kembali dipercaya memimpin sektor kepariwisataan. Meski sebelumnya juga menjabat sebagai pengageng Pariwisata, namun Benowo pesimis saat ditanya tentang program pengembangan sektor kepariwisataan. 

Suro itu, katanya, banyak turis yang datang, tapi keraton tak dapat apa-apa. Gerebek, Selikuran itu masuk agenda keraton, orang datang ke Solo, menginap di hotel,makan di restoran tapi keraton tak dapat apa-apa. "Kalau kita mau bikin event atau kegiatan kemudian mau dibayarkan pun belum tentu laku. Karena //image-nya kegiatan keraton itu untuk orang banyak, untuk umum, tuturnya. 

Menurutnya, wisata budaya Keraton masih kalah menarik jika dibanding wisata alam di Solo. Dia mencontohkan banyak wisatawan yang datang ke Solo lebih memilih pergi ke wisata alam di Tawangmangu terlebih dulu dibanding ke keraton. Sebab itu, Dia berharap pemerintah dapat membantu dalam pengembangan wisata budaya keraton. Menurutnya, sulitnya pengembangan sektor pariwisata tak lepas dari minimnya dana keraton. 

"Memang sulit, tak nampak, makannya keraton itu harus kaya. Orang mengira keraton itu kaya padahal mau bikin kegiatan saja uangnya tak ada. Syukur kalau pemerintah bisa memfasilitasi agar tidak stagnan, karena keraton itu ramainya hanya beberapa kali dalam setahun," tuturnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement