Kamis 19 Oct 2017 13:22 WIB

Warga Cibalong Garut Nantikan Perbaikan Jembatan Desa

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Endro Yuwanto
Sejumlah murid SD melewati jembatan bambu yang sudah rapuh.   (ilustrasi)
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Sejumlah murid SD melewati jembatan bambu yang sudah rapuh. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Keberadaan jembatan gantung amat dibutuhkan warga di perbatasan Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya. Hanya saja, saat ini jembatan dalam kondisi rusak.

Tenaga Kesejahteraan Kecamatan (TKSK) Cibalong Sandi mengatakan, jembatan yang dimaksud menghubungkan Kampung Parakan Tiga, Desa Simpang, Kecamatan Cibalong, Garut dengan Desa Cempakasari, Kecamatan Bojonggambir, Tasikmalaya. Ia memantau beberapa bagian lantai jembatan sudah bolong hingga dianggap membahayakan.

"Saya pantau bolong-bolong lantai jembatannya. Padahal jembatan ini jadi akses yang sangat penting bagi warga baik dari Garut atau Tasik," kata Sandi pada wartawan, Kamis (19/10).

Sandi mengungkapkan, jembatan mengalami kerusakan sejak beberapa bulan lalu. Kondisi jembatan rusak menyebabkan tak bisa dilalui kendaraan roda dua.

Tak hanya itu, lanjut Sandi, terdapat 12 anak yang mengandalkan akses jembatan tersebut untuk memperoleh pendidikan. "Soalnya sekolah yang terdekat itu ke sana (Tasikmalaya). Rusaknya jembatan membuat para siswa tidak bisa menyeberang. Kalau lewat pun harus hati-hati karena berbahaya khawatir jatuh," ujarnya.

Akibat kondisi jembatan yang berbahaya dilewati, kata Sandi, ada saja siswa atau warga lainnya yang memilih menyeberangi Sungai Cikaengang di bawah jembatan. Alhasil, para siswa dan warga harus mempertaruhkan nyawa saat arus sungai sedang deras. "Kalau arus deras warga tidak bisa menyeberang. Otomatis aktivitasnya pun jadi terhambat. Yang mau sekolah tidak bisa berangkat. Roda ekonomi dua desa itu juga jadi terganggu," ujarnya.

Sandi menyebutkan, terdapat 987 warga Desa Simpang yang bergantung kepada jembatan itu. Sebab, bila harus memutar jalan pasti akan memakan waktu dan ongkos perjalanan. "Kalau muter jauh sekali karena jaraknya bisa sampai 30 kilometer. Sekarang saja (kemarin) anak sekolah meliburkan diri soalnya tidak bisa nyebrang karena arus lagi besar," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement