Kamis 19 Oct 2017 04:04 WIB

Luhut: Tidak Perlu Lagi ke Singapura untuk Naik Kapal Pesiar

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengklaim terus mendukung potensi pariwisata bahari dengan mendorong pembangunan infrastruktur pendukung salah satu pendapatan negara itu. Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, dalam jumpa pers 3 Tahun Kabinet Kerja di Kantor Staf Presiden di Jakarta, Rabu mengatakan salah satu yang dilakukan pemerintah mengembangkan terminal kapal pesiar (cruise terminal) di Pelabuhan Benoa, Bali, yang ditargetkan sudah mulai bisa beroperasi Agustus 2018.

"Cruise terminal di Teluk Benoa itu akan selesai Agustus tahun depan. Dengan begitu, orang tidak perlu lagi ke Singapura untuk naik kapal pesiar," katanya.

Mantan Menko Polhukam itu menuturkan, selama ini, Singapura menjadi salah satu tujuan para wisatawan yang ingin menikmati pelayaran dengan kapal pesiar sehingga meraih keuntungan besar. Padahal, negara itu hanya memberikan fasilitas pelabuhan, sementara Indonesia dinilai lebih potensial karena memiliki sajian wisata bahari yang menawan.

"Sekarang, begitu kita umumkan soal 'sand breaking' di Benoa, itu operator asing banyak datang. Kenapa? Karena destinasi turis kan banyak di Indonesia. Di Singapura enggak ada. Kalau dia datang ke Bali, dia bisa ke Mandalika, ke Labuan Bajo, dan lainnya," katanya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, dalam kesempatan yang sama, mengatakan sesuai arahan Presiden Jokowi menginstruksikan pembangunan 10 pelabuhan pariwisata di Indonesia, baik "cruise spot" atau marina (untuk yacht).

"Potensi wisata bahari Indonesia diperkirakan mencapai 1,2 triliun hingga 1,3 triliun dolar AS. Indonesia pantainya terpanjang di dunia, koral terbaik ada di sini, tapi performasinya sangat buruk," jelasnya.

Wisata bahari, lanjut Arief, hanya menyumbang 10 persen di total devisa pariwisata negara atau sskitar 1 miliar dolar AS. Sementara Malaysia, pariwisata baharinya bisa menyumbang 8 miliar dolar AS per tahun.

Oleh karena itu, ia menyambut baik instruksi Presiden Jokowi untuk pengembangan pelabuhan pariwisata yang ternyata direspon positif oleh sejumlah investor.

Mantan bos Telkom itu menjelaskan segera setelah Presiden mengumumkan akan membangun 10 pelabuhan pariwisata, investor Australia datang menyampaikan minat untuk membangun infrastruktur tersebut di Mandeh, Sumatera Barat serta di Labuan Bajo, NTT. "Mandeh itu Raja Ampatnya Sumatera Barat," katanya.

Nilai investasi untuk pelabuhan pariwisata itu diperkirakan mencapai Rp 500 miliar. Ada pun proyek pelabuhan pariwisata lainnya yang tengah berjalan diantaranya adalah pembangunan marina di NTB oleh investor Australia.

"Yang sekarang sedang membangun di Gili itu pengusaha marina dari Australia. Kita senang kalau dari Australia, mereka selain bawa investasi juga bawa turis," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement