Jumat 13 Oct 2017 17:25 WIB

Satu Palestina

Ferry Kisihandi.
Foto:
Ferry Kisihandi.

Langkah Hamas itu, melengkapi pencapaian dan upaya yang telah ditempuh Fatah di bawah kepemimpinan Presiden Mahmud Abbas. Di antaranya, berkibarnya bendera Palestina di markas besar PBB di New York yang menandakan kian besarnya dukungan terhadap Palestina.

Contoh lainnya, keberpihakan Unesco, badan PBB yang mengurus persoalan pendidikan dan kebudayaan, terhadap Palestina. Unesco menerima keanggotaan Palestina dan menyatakan makam Ibrahim sebagai warisan budaya adalah milik Palestina.

Karena itu, kita patut bersyukur saat ini yang ada adalah satu Palestina. Hamas dan Fatah yang telah menyatu dalam satu front. Namun, terlepas dari euforia tercapainya kesepakatan di Kairo, ada sejumlah hal yang mesti menjadi perhatian.

Di antaranya,  konsistensi sikap dan kemampuan mengelola ego. Hamas dan Fatah dituntut bersikap konsisten atas semua poin kesepakatan yang ditandatangani di Kairo. Mereka juga harus mampu menekan ego dalam penyelesaian setiap masalah yang dihadapi.

Selain itu, pemerintahan bersatu Hamas dan Fatah sebaiknya tak masuk dalam pusaran perseteruan politik di kawasan dan polarisasi Suni-Syiah. Kita ketahui, sampai saat ini dunia Arab masih dalam perseteruan dengan Qatar yang dituding membiayai dan mendukung terorisme.

Padahal, Qatar memiliki hubungan baik dengan Pemerintahan Hamas di Gaza. Emir Qatar merupakan satu-satunya kepala negara yang pernah berkunjung ke Gaza dan memberikan bantuan ekonomi untuk pembangunan infrastruktur di sana.

Iran juga mempunyai peran penting. Saat pemerintahan Presiden Ahmadinejad, Iran memberikan bantuan kepada Hamas dalam perang melawan Israel. Setelah perang usai, spanduk bertebaran di Gaza bertuliskan ucapan terima kasih kepada Iran.

Khaled Meshaal juga kemudian berkunjung ke Teheran. Dalam konteks ini, pemerintahan bersatu Hamas dan Palestina mesti merangkul semua pihak. Arab Saudi, Mesir, dan negara Arab lainnya harus dirangkul, Qatar dan Iran pun seharusnya tetap dijadikan teman.

Palestina dituntut membangun aliansi dengan semua pihak demi mencapai kemerdekaan. Iran merupakan kekuatan besar di kawasan yang konsisten menentang Israel demikian pula Saudi. Bahkan Saudi bersama kekuatan besar dunia lainnya, Rusia telah satu visi.

Dalam kunjungan ke Moskow, Rusia pada 4-7 Oktober lalu, Raja Salman dan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev sepakat, penderitaan di Palestina harus dihentikan, yang berarti mereka mendukung kemerdekaan Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement