Kamis 12 Oct 2017 10:04 WIB

DPR Gelar Rapat Soal First Travel

Rep: Mabruroh/ Red: Bilal Ramadhan
 Warga yang menjadi korban First Travel mengisi formulir di posko pengaduan korban First Travel di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (25/8).
Foto: Republika/Prayogi
Warga yang menjadi korban First Travel mengisi formulir di posko pengaduan korban First Travel di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPR akan menggelar rapat dengar pendapat umum (RDPU) pada Kamis (12/10). RDPU tersebut berkaitan dengan kasus First Travel yang diduga telah merugikan 58 ribu korban. Kuasa hukum korban First Travel, Riesqi Rahmadiansyah mengatakan RDPU akan digelar pada pukul 10.00 WIB di ruang rapat komisi VIII DPR RI. Namun, Riesqi mengaku ada yang mengganjal pikirannya dalam RDPU nanti.

"Saya merasa ada yang janggal, kenapa Komisi VIII mengundang Syahrini juga. Ini maksudnya apa?" tanya Riesqi saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Kamis (12/10).

Riesqi berpendapat bahwa tidak ada kepentingannya Syahrini dihadirkan dalam rapat nanti. Justru menurutnya ini akan berbahaya dan menimbulkan polemik-polemik baru di kalangan korban. Menurut saya tidak penting. Nanti malah jamaah akan berpikiran jangan-jangan Syahrini ini perwakilan First Travel.

"Nah loh malah jadi tambah syuudzon," ungkapnya.

Kekhawatirannya ini muncul lantaran masyarakat juga sudah mulai membuat pernyataan untuk menolak kehadiran Syahrini dalam rapat di DPR. "Ini (jamaah) malah bikin pernyataan menolak kehadiran Syahrini," ujar Riesqi.

Untuk diketahui, Syahrini merupakan salah satu artis yang sempat menjalin kerja sama dengan First Travel. Syahrini pun sempat menjalani pemeriksaan polisi terkait kerja samanya itu. Dalam kerja samanya, Syahrini mendapatkan fasilitas pelayanan VVIP dengan hanya membayar separuh harga perjalanan.

Dengan syarat, Syahrini harus mengunggah foto minimal dua foto setiap harinya bahwa dia menggunakan biro perjalanan umroh First Travel. Polisi menduga, inilah modus yang digunakan oleh pelaku. Pelaku sengaja menggunakan artis-artis terkenal dalam menarik dan merekrut lebih banyak lagi korban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement