REPUBLIKA.CO.ID, Nama Purwati (46 tahun) mendadak terkenal setelah putrinya Monica (15) mendapat kesempatan belajar ke Kanada. Prestasi anak ketiganya itu diperoleh setelah mengirimkan artikel tentang kekerasan anak. Tulisannya menggugah banyak orang di ajang The WHO 8th Milestone of Global Campaign for Violence Prevention.
Mengenai kabar itu, Puwati bercerita bahwa ia berpisah dengan anaknya sejak lama. Rona wajahnya sedih jika mengingat masa lalu. Ya, kemiskinan melilitnya sejak suaminya meninggal saat anak-anaknya masih kecil. Monica tinggal di Yayasan Hamba, Yogyakarta bersama kakaknya David Kurniawan (17) yang duduk di kelas 2 SMA.
Sedangkan anak pertamanya Hari Apriyanto (25) bekerja serabutan tinggal sama nenek suami pertama di Semarang. Dan anak keduanya, Devi Nur Anggraeni (20) kuliah, tinggal bersama nenek suami kedua di Muara Karang, Jakarta Utara.
Ia tak menduga anaknya mendapatkan kesempatan emas itu. Awalnya, Purwati mengira Monica bercanda. Ia pun tak tahu Kanada itu ada di mana. "Saya orang tidak punya, sehari-hari saya tinggal dan tidur di pinggiran got di bilangan Senen, Jakarta Pusat. Bukan rumah kontrakan bukan gubuk, apalagi sewa, tidak ada satu meter ukurannya," katanya.
Keberangkatan Monica ke Kanada memerlukan dokumen termasuk keberadaan Purwati sebagai ibu kandungnya. Tinggal di mana sekarang dan alamatnya di mana, hal itu yang menurut Purwati harus diketahuinya. Persoalan itu pun menjadi terang, setelah lembaga nirlaba terpercaya berhasil mengantongi jatidirinya.
Purwati mengatakan, Monica anak yang sabar. Dia tahu betul keberadaan ibunya yang sesungguhnya. "Dia tidak macam-macam. Apalagi meminta sesuatu dari ibunya yang tak sanggup untuk dipenuhi permintaannya," ceritanya. Sehari-hari ia menafkahi anaknya dengan berjualan kopi keliling di Pasar Senen, mulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB.
Purwati tampak sumringah bertemu Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR), Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, Rabu, (11/10). Beberapa kali penjual kopi keliling itu memeluk Bu Khofifah. Ia gembira Menteri Sosial mengunjunginya pagi itu.
Berdasarkan siaran pers yang diteriam Republika.co.id, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan, turut bangga dengan Monica atas torehan prestasinya. Di tengah keterbatasan, Monica mampu meraih prestasi, bukan di tingkat nasional, melainkan internasional, tuturnya. Saya berharap visanya segera selesai diurus, paparnya di samping Purwati.
Selain itu, Khofifah meyakinkan, Purwati agar anak terakhirnya yang bernama Subehi (11) untuk tetap tinggal di panti asuhan di Bambu Apus, milik Kementerian Sosial. "Hak-hak dasarnya sebagai anak harus terpenuhi," ujar Khofifah.
Purwati dan anak-anaknya segera mendapat program perlindungan sosial, berupa Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Indonesia Pintar untuk putra bungsunya. Beberapa lembaga amil zakat, termasuk Lazismu memberikan bantuan kepada Purwati.
Bantuan yang diberikan berupa paket pendidikan (school kit) dan biaya pendidikan untuk anaknya, Subehi, dari Lazismu yang diwakili Development Program Manager, Adi Rosadi dan Syahrul Amsari. Adi mengatakan, Lazismu membantu biaya pendidikan Subehi selama 1 tahun, dengan melihat perkembangannya. "Kisah ini merupakan insiprasi keluarga Indonesia," ucapnya.