REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil Survei Indikator Politik Indonesia menunjukan jika pemilihan presiden digelar saat ini, maka Joko Widodo (Jokowi) akan kembali mendapat dukungan terbanyak, disusul Prabowo Subianto. Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas Jokowi sebesar 58,9 persen dan Prabowo Subianto 31,3 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, meski Jokowi unggul, elektabilitas Prabowo tidak bisa diremehkan mengingat selama tiga tahun terakhir Prabowo belum melakukan aktivitas sosialisasi yang memadai. Prabowo belum melakukan kampanye sistematik sejak 2014.
"Jokowi sementara ini unggul dibanding Prabowo. Meski patut dicatat perolehan secara stabil di kisaran 31 persen ini menunjukkan Prabowo memiliki basis pemilih loyal yang tak sedikit," katanya di Kantor Indikator, Jalan Cikini V Jakarta Pusat, Rabu (11/10).
Meski dukungan ke Jokowi cenderung menguat, Burhan menyebut penambahan dukungan tersebut juga tidak meningkat ekstrim. Dari 68,3 persen publik yang merasa puas terhadap kinerja Jokowi (approval rating), tidak semua akan memilih kembali Jokowi di 2019. Ada 61,1 persen yang akan memilih kembali Jokowi, 9,9 suara lari kepada Prabowo, sedangkan sisanya masih mencari alternatif pemimpin lain.
"PDIP, Nasdem, PKB, dan Hanura merupakan partai-partai utama pendukung Presiden Jokowi, hingga sejauh ini dukungan dari basis partai-partai pengusung tersebut sangat solid jauh di atas rata-rata secara umum," kata Burhan.
Sementara Golkar, PAN, dan PPP secara umum dukungannya juga cukup dominan kepada Jokowi. Survei Indikator Politik Indonesia juga menemukan basis pemilih Prabowo saat ini hanya dominan pada basis Gerindra. Burhan mengatakan, pemilih PKS dan Demokrat cenderung sedang mencari figur alternatif.
Dalam simulasi terbuka, elektabilitas Jokowi berkisar 34,2 persen disusul Prabowo 11,5 persen. SBY agaknya juga masih diharapkan publik, terbukti dengan capaian elektabilitas di posisi ketiga 2,1 persen. Berikutnya, ada Hari Tanoe 1 persen, Gatot Nurmantyo 0, 7 persen, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan 0,5 persen.
Burhanuddin melanjutkan, yang menarik dari survei ini, munculnya nama Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab juga memperoleh elektabilitas 0,1. Perolehannya sama dengan Megawati Soekarnoputri, Mahfudz MD, Khofifah Indar Parawansa, Surya Paloh, Yuzril Ihza Mahendra, dan beberapa politikus lain. Responden yang tidak menjawab sebanyak 47,4 persen.
Di antara nama-nama yang dianggap paling pantas mendampingi Jokowi, Burhan menemukan masih banyak publik yang memimpikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dapat mendampingi Jokowi sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019. Hasil simulasi menunjukkan 16 persen responden memilih Ahok, 10 persen Gatot Nurmantyo, dan 8 persen Ridwan Kamil.
Burhan menambahkan, peta kekuatan politik belum banyak berubah dibandingkan dengan hasil pemilu 2014. Jika pemilu diadakan hari ini, PDIP meraup 23,6 persen, Golkar 12 persen, Gerindra 10,3 persen, dan Demokrat 8 persen.
"Dibanding tahun lalu, elektabilitas PDIP dan Golkar kecenderungannya melemah. Gerindra lebih fluktuatif dengan kecenderungan meningkat. Demokrat juga cenderung menguat, sementara PKB dan PPP relatif stagnan," jelasnya.