Selasa 10 Oct 2017 16:42 WIB

Kualitas Air di Waduk Cirata Menurun Berdampak ke Pembangkit

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
Waduk Cirata.
Foto: Antara
Waduk Cirata.

REPUBLIKA.CO.ID, CIPEUNDEUY -- Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) mengungkapkan kualitas air di Waduk Cirata semakin hari terus menurun. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap ketahanan mesin pembangkitan.

Selain itu, pola debit air saat ini mulai berubah. Di mana, pada tiap musim kemarau akan kering dan musim hujan biasanya terjadi banjir.

"Kualitas air sendiri sudah terjadi penurunan dari tahun 80an. Sekarang ada beberapa parameter menurun, efeknya meningkat korositas (mesin pembangkitan) PLTA," ujar PH Kepala BPWC, Imron Fauzi kepada wartawan disela-sela acara Cirata Enviromental Festival 2017, Selasa (10/10).

Menurutnya, PLTA Cirata merupakan penanggung beban puncak interkonesi Jawa-Bali. Sehingga jika air Waduk Cirata mengalami penurunan dan PLTA tidak beroperasi maka kualitas listrik Jawa-Bali bisa menurun.

"PLTA ini sangat besar di sistem Jawa Bali dan waduk sangat penting peranannya, sehingga lingkungannya harus di prioritaskan juga," ujarnya. Imron mengatakan upaya terus dilakukan BPWC agar kualitas air di Waduk Cirata bisa terus terjaga.

Ia menuturkan, beberapa program pelestarian lingkungan bersama masyarakat terus dilakukan dengan cara pemberdayaan agar aktivitas sosial ekonomi mereka tidak menganggu kualitas lingkungan. Salah satunya penggunaan eceng gondok yang berada di Waduk Cirata sebagai biogas.

Kepala Divisi LK3 PT PJB, Muhammad Munir mengatakan adanya pakan ikan yang berasal keramba jaring apung (KJA) disekitar kawasan Waduk Cirata berdampak pada umur mesin yang semakin pendek. Selain itu limbah industri turut berpengaruh membuat operasi PLTA tidak maksimal dan performa menurun.

"Airnya untuk operasi masih bisa tapi tetap harus dijaga. Saat ini kualitas air masig dibawah baku mutu. Terutama sedimentasi jangan terus meningkat sehingga kita terus keruk," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Adang Sudarna mengatakan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sudah tercemar berat akibat limbah industri, limbah pertanian dan limbah domestik.

"Limbah industri mencapai 40 persen. Saat ini volume sampah lebih banyak tapi dari segi bahaya itu limbah industri," katanya.

Ia menambahkan, saat ini diperkirakan volume sampah di Sungai Citarum mencapai 250 ribu ton per tahun dan diklaim menurun dibandingkan 2013. Di mana berdasarkan survei BBWS volume sampah mencapai 500 ribu ton per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement