Senin 09 Oct 2017 09:32 WIB

Aher Belajar Ketahanan Pangan ke Sudan

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Peserta 10 Ribu langkah kemerdekaan di Kota Khartum, Sudan (Ilustrasi)
Foto: PPI Sudan
Peserta 10 Ribu langkah kemerdekaan di Kota Khartum, Sudan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--- Pemeprov Jabar dan Negara Bagian Khartum di Sudan secara resmi menandatangani kerja sama Provinsi Kembar atau Sister Province. Kerja sama ini tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) antara Jabart dan Khartum di Gedung Pakuan, akhir pekan lalu.

MoU ini ditandatangai secara langsung oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (Aher) dan Gubernur Khartum Abdelrahim Mohamed Hussein Abdelkarim. Turut hadir dalam momentum bersejarah ini, yakni Duta Besar (Dubes) Republik Sudan untuk Indonesia dan Singapura, Al Siddig Abdul Aziz Abdalla dan Duta Besar Indonesia untuk Republik Sudan, Burhanuddin Badruzzaman.

Menurut Aher, kerja sama Jabar dan Khartum dilakukan dalam berbagai bidang. Seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian dan peternakan, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata, peningkatan SDM, dan perdagangan. "Saya pun ingin Jabar belajar ketahanan pangan dari Sudan," ujar Aherkepada wartawan, Senin (9/10).

Aher mengatakan, Sudan telah mampu berswasembada pangan protein hewani. Oleh karena itu, harga daging sapi dan kambing di Sudan jauh lebih murah dibanding di Indonesia.

"Potensi kerja samanya sangat terbuka dengan kita. Saling membutuhkan satu sama lain, kita butuh Sudan dan Sudan juga butuh kita. Sumber Daya Alam di Sudan juga banyak memiliki kelebihan," kata Aher.

Gubernur Abdelrahim mengatakan, segera merealisasikan kerja sama Sister Provinceini setelah dirinya kembali ke Sudan. Ada dua alasan Khartum membina kerja sama dengan Jawa Barat. Pertama, Jabar adalah pihak pertama yang menghidupkan kerja sama tersebut. Dan kedua, karena Kota Bandung adalah ibukota Provinsi Jabar, kota dimana kemerdekaan Sudan dideklarasikan pertama kali.

"Karena hal tersebut masyarakat Sudan memiliki hubungan yang sangat kuat, sangat emosional dengan Bandung dan Jawa Barat," katanya.

Bahkan, kata dia, Bandung diabadikan dalam sejarah Sudan, yaitu dalam salah satu lagu yang termasyhur di sana. Begitu juga Soekarno, menjadi sosok yang legendaris di Sudan. "Setiap orang Sudan itu pasti tahu Indonesia, pasti tahu Soekarno, dan pasti tahu Bandung, kata Abdelrahim.

Hubungan kerja sama antara Indonesia dengan Sudan, sudah terjalin lebih dari 100 tahun yag lalu. Terutama setelah salah satu Ulama asal Sudan yang melakukan dakwah di Indonesia. Sejarah Indonesia Sudan semakin kuat terbentuk setelah Sudan menjadi salah satu peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 1955 lalu.

Ketika KAA 1955, bendera Sudan warna dan polanya tidak seperti bendera saat ini. Waktu itu bendera Sudan hanya kain putih bertuliskan Sudan. Soekarno lah orang yang pertama kali mengibarkan bendera Sudan. Kemerdekaan Sudan pun, dideklarasikan pertama kali di Kota Bandung. Baru kemudian kemerdekaan tersebut dideklarasikan di Sudan.

Senada dengan Gubernur Abdelrahim, menurut Duta Besar Republik Sudan untuk Indonesia dan Singapura, Al Siddig Abdul Aziz Abdalla, hubungan Indonesia dan Sudah memiliki akar sejarah panjang dan kuat. Dubes Al Siddig berharap kunjungan delegasi Gubernur Khartum serta delegasinya ke Jawa Barat kali ini akan menghadirkan hubungan lebih kuat ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement