REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan prakiraan musim hujan 2017-2018 di Tanah Air diprediksi bermula secara umum pada Oktober 2017 ini. Terkait hal itu, sejumah pemerintah daerah mulai memetakan daerah rawan bencana longsor dan banjir.
Di Lampung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung telah melakukan survei dan pemetaan wilayah rawan banjir. Delapan kecamatan di kota berjuluk Tapis Berseri tersebut dinilai rawan banjir.
“Ada delapan kecamatan rawan banjir,” kata Kepala BPBD Bandar Lampung Edi Haryanto, Ahad (8/10). Delapan kecamatan yang rentan banjir yakni Kecamatan Teluk Betung Utara, Teluk Betung Barat, Teluk Betung Timur, Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Timur, Bumiwaras, Panjang, dan Kedamaian.
Menurut Edi Haryanto, pihaknya sudah menyosialisasikan kepada warga untuk bersiaga ketika hujan turun. Selain itu, warga juga diimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan di kali. BPBD dan Dinas Pekerja Umum Bandar Lampung juga terus melakukan perbaikan drainase, seperti kali atau sungai.
Dari pantauan Republika, Ahad (8/10), sampah-sampah masih terlihat di sungai-sungai sekitar permukiman penduduk. Sungai-sungai yang tersumbat sampah menyebabkan air meluap ke jalan dan merendam rumah penduduk.
Kondisi sungai yang masih kotor di antaranya di dekat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek, Sungai Kali Awi, dan sungai di Kelapa Dua. Tiga daerah tersebut pernah dilanda banjir bandang beberapa tahun lalu,
Sedangkan, pihak BPBD Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat ribuan keluarga tinggal di daerah rawan bencana. "Kita sudah membuat kajian dan memetakan kalau di Bantul itu ada sebanyak 2.235 KK (kepala keluarga) yang berada di zona merah atau rawan bencana," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto di Bantul, kemarin.
Menurut dia, ribuan keluarga yang berada di zona merah itu tersebar di seluruh wilayah Bantul. Potensi bencananya yaitu tanah longsor, banjir, dan angin kencang. Secara historis, bencana-bencana tersebut sering dilaporkan terjadi di sana.
Guna meminimalkan korban jiwa karena dampak bencana, BPBD terus memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada warga setempat tentang potensi bahayanya serta antisipasinya melalui forum pengurangan risiko bencana (FPRB) di setiap desa.
"Misalnya kalau ada tebing di sekitar mereka, harapannya ada upaya bagaimana mengatasi permasalahan itu, seperti dengan membuat terasering, dengan penanaman pohon yang bisa menopang supaya tanah tidak mudah longsor," katanya.
BPBD Kabupaten Lebak, Banten, juga sebelumnya mengeluarkan peringatan kewaspadaan bencana alam di 28 kecamatan sehubungan dimulainya musim hujan di daerah itu.
"Kami mengingatkan warga agar mewaspadai bencana longsor, banjir, angin puting beliung, dan sambaran petir," kata Kepala BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi di Lebak.
Peningkatan kewaspadaan bencana alam karena wilayah Kabupaten Lebak dipetakan sebagai daerah rawan longsor, pergerakan tanah, banjir, angin kencang, dan sambaran petir. Peringatan kewaspadaan bencana alam diharapkan bisa mengurangi risiko kebencanaan agar tidak menimbulkan korban jiwa.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, juga mulai menyiagakan petugas piket banjir karena intensitas hujan di kota itu meningkat. Kepala Dinas PUPR Kota Mataram H Mahmuddin mengatakan, dalam sehari, petugas piket banjir yang disiagakan sebanyak 10 orang.
Mereka bertugas siaga 24 jam pada titik-titik rawan banjir dengan melakukan patroli. Mereka juga bertugas menginformasikan kepada koordinator THL apabila terjadi banjir pada satu titik untuk dilakukan penanganan segera.
Menurut dia, sejumlah titik rawan terjadi banjir yaitu Karang Bata, Karang Ujung, Tanah Haji, Karang Buaya, Jalan Imam Bonjol, dan Jalan Lingkar Selatan.
Kondisi Jalan Lingkar Selatan ini, katanya, menjadi titik banjir karena kondisi tanah di wilayah itu rendah sehingga perumahan di Lingkar Selatan cenderung tergenang setiap tahun.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) BMKG Indonesia Hary Djatmiko mengatakan, wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, yakni di daerah tropis di antara Benua Asia dan Australia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Selain itu, Indonesia dilalui garis khatulistiwa dan terdiri atas pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur dengan banyak selat dan teluk. “Ini menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan cuaca,” ujarnya.