REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK SELATAN -- Potensi pertanian di Sumatra Barat terus digenjot. Salah satunya adalah komoditas kedelai, yang ditargetkan bisa diproduksi sebanyak 18 ribu ton per tahun mulai tahun 2018 mendatang. Angka produksi sebanyak itu diharapkan bisa dicapai dari pelaksanaan program Luas Tambah Tanam (LTT) di Sumatra Barat hingga 15 ribu hektare.
Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menilai, penanaman kedelai belum populer bagi kalangan petani di Sumbar. Alasannya, budidaya kedelai membutuhkan air yang cukup selama penanaman. Kelebihan atau kekurangan kadar air selama budidaya kedelai, maka tanaman kedelai tidak akan tumbuh dengan optimal. Hal itu lah yang membuat produksi kedelai di Sumatra Barat masih relatif rendah bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, terlebih dengan produksi di mancanegara.
Nasrul mengungkapkan, laju produksi kedelai di Sumatra Barat masih sekitar 1,15-1,32 ton per hektare. Angka ini jaug berbeda dengan laju produksi kedelai di luar negeri, termasuk Amerika Serikat, yang bisa menyentuh 2,3-3 ton per hektare. Solusi yang disodorkan pemerintah untuk menaikkan produksi kedelai lokal yakni dengan memperluas area tanam kedelai. Sumatra Barat menargetkan bisa merealisasikan program LTT hingga 15 ribu hektare.
"Dinas dan pihak terkait harus menyiapkan sarana dan prasarana pemasaran yang jelas, sehingga hasil produktif kedelai masyarakat Sumbar dapat menjadi tambahan penghasilan yang menguntungkan, selain padi dan jagung," kata Nasrul saat meluncurkan Gerakan Tanam Perdana Serempak Kedelai Tahun 2017 di Jorong Sungai Sanda Nagari Lubuak Gadang Timur, Solok Selatan, Jumat (6/10).
Nasrul menambahkan, kebutuhan kedelai masyarakat Sumatra Barat sebetulnya cukup tinggi yakni 241,05 ton per bulan atau 2.892,6 ton per tahun. Dengan adanya defisit pasokan kedelai di Sumatra Barat, maka pemenuhan kebutuhan ditutup dengan mendatangkan kedelai dari Jambi, Riau, dan Medan.
"Itu untuk memenuhi industri pengolahan kedelai Sumbar yang ada 18 perusahaan tahu dan tempe," katanya.
Pemprov mencatat, porduksi kedelai di Sumatra Barat tidak stabil dari tahun ke tahun, bahkan cenderung menurun selama dekade 1996-2006. Tahun 1996 silam misalnya, produksi kedelai Sumatra Barat sebanyak 13.408 ton. Namun angkanya anjlok hingga hanya 1.438 ton pada 2006 lalu. Produksi kedelai pernah mencapai angka tertingginya yakni tahun 2000 sebesar 12.686 ton. Itu pun, karena pada tahun sebelumnya, 1999, pemerintah mencanangkan program aksi "Gema Palagung" yang bertujuan menanggulangi krisis pangan akibat kekeringan, serangan hama dan penyakit, serta menurunya produktivitas tanaman.
"Nah kami harap dengan Program LTT seluas 15 ribu hektare yang tersebar di 10 kabupaten di Sumatera Barat, kita dapat produksi 18 ribu ton kedelai," ujar Nasrul.
Kesepuluh daerah yang menjadi sasaran LTT kedelai tahun ini adalah Kabupaten Pasaman, Padang Pariaman, Pasaman Barat, Limapuluh Kota, Agam, Tanah Datar, Sijunjung, Dharmasraya, Solok Selatan, dan Pesisir Selatan.