REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyatakan dukungan publik terhadap Presiden Joko Widodo semakin menguat pada September 2017. Kalau dibandingkan pengalaman mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sama-sama petahana selama dua tahun menjelang Pilpres 2009, kepuasan publik pada Jokowi lebih tinggi.
Kepuasan publik terhadap kinerja SBY pada September-Oktober 2006 sebesar 67 persen dan September 2007 turun menjadi 58 persen. Sedangkan, pada Presiden Jokowi pada 2016 sebesar 69 persen, dan September 2017 sebesar 68 persen (nisbi stabil).
Salah satu penjelasan kenapa tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi lebih tinggi daripada SBY di periode tiga tahun pemerintahan mereka masing-masing, menurut Djayadi, adalah karena SBY waktu itu mengeluarkan kebijakan pengurangan subsidi BBM yang tidak populis. Sementara, Jokowi tidak mengeluarkan kebijakan serupa dalam waktu dekat ini.
Dilihat dari angka-angka ini, Djayadi menyimpulkan, modal politik Presiden Jokowi dua tahun menjelang Pilpres 2019 lebih baik dibanding yang dimiliki Presiden SBY dua tahun menjelang Pilpres 2009. Survei ini menemukan bahwa kepuasan atas kinerja Presiden Jokowi dan kabinetnya, serta elektabilitas Jokowi yang secara umum cenderung menguat konsisten dengan penilaian warga atas kondisi ekonomi dan penanggulangan berbagai masalah penting oleh pemerintah yang juga cenderung makin positif.
"Ada 44,2 persen warga yang menyatakan kondisi ekonomi nasional sekarang lebih atau jauh lebih baik dari tahun lalu. Sementara yang menyatakan lebih atau jauh lebih buruk sekitar 20,6 persen. Sentimen atas kondisi ekonomi nasional dan rumah tangga ini sangat terkait dengan fluktuasi inflasi yang juga menunjukkan tren menurun," ujar Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan dalam pemaparan hasil survei di Jakarta, Kamis (5/10).