REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman kembali menggelar Lomba Macapat. Kali ini, lomba yang dihelat di Pendopo Rumah Dinas Bupati itu diselenggarakan untuk tingkat mahasiswa dan mahasiswa tahun 2017.
Kabid Peninggalan Budaya dan Nilai Tradisi Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Sumarjono mengatakan, kegiatan ini diikuti setidanya 35 perserta dari berbagai perguruan tinggi di DI Yogyakarta. Untuk hadiah, panitia menyiapkan total uang sebesar 16,5 juta rupiah kepada pemenang.
Sekar Dhandanggula Lik Suling Laras Pelog Nem menjadi tembang wajib yang harus dibawakan peserta. Selain tembang wajib tersebut, ada tembang-tembang pilihan seperti Sekar Sinom Ginonjing Laras Pelog Nem, dan Sekar Pangkur Paripurna Laras Pelog Barang.
"Lomba Macapat ini bertujuan untuk meningkatkan kecintaan terhadap seni, khususnya macapat, dan sebagai sarana melestarikan macapat di lingkungan perguruan tinggi," kata Sumarjono, Selasa (3/10).
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, AJi Wulantara menyampaikan, mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang akan meneruskan estafet kepemimpinan. Maka itu, perlu dibekali dasar budaya yang kuat, seperti di dalam sekar macapat yang terdapat ajaran pitutur yang luhur.
"Jika diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter," ujar Aji.
Juara 1 Lomba Macapat, Luvita Arsanti Kusuma, mengapresiasi terlaksananya lomba tersebut. Ia mengaku suka dan mulai berlatih macapat sejak kelas satu SMP di Keraton Yogyakarta, berangkat dari keprihatinan kepada generasi muda yang sudah jarang menekuni macapat.
Sejak saat itu, mahasiswi Institut Kesenian Indonesia ini pun tergerak untuk dapat mendalami macapat, tidak lain dengan tujuan agar seni ini tetap eksis. Karenanya, Luvita sangat mendukung diadakannya kegiatan-kegiatan serupa, yang dirasa sebagai upaya melestarikan macapat bagi generasi muda.
"Semoga ke depan acara-acara semacam ini terus diperbanyak, sebagai ajang menyaring seniman dan seniwati baru dibidang macapat," kata Luvita.