REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana melakukan kunjungan kerja ke sentra produk unggulan kawasan perdesaan (Prukades) di Kabupaten Pandenglang, Rabu (4/10). Selain berdialog dengan petani, Jokowi juga bakal meresmikan penggunaan embung dan memulai masa tanam jagung di kawasan tersebut.
“Presiden Jokowi berencana mengunjungi sentra produk unggulan desa di Kabupaten Pandenglang. Kunjungan kerja tersebut merupakan bentuk komitmen bapak presiden untuk terus mendorong peningkatan gerak pembangunan dari kawasan perdesaan,” ujar Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo, di Jakarta, Selasa (3/10).
Eko menjelaskan Presiden Jokowi mempunyai beberapa agenda selama berkunjung ke Provinsi Banten. Di antaranya meresmikan waduk di Kabupaten Lebak, meresmikan pengunaan embung dan memulai masa tanam jagung di Kabupaten Pandenglang, serta menyerahkan sertifikat lahan dan berbagai progam bantuan sosial. Setidaknya ada tiga lokasi di Provinsi Banten yang bakal dikunjungi presiden.
“Kami berharap kunjungan bapak presiden kian menumbuhkan semangat bagi stake holder desa baik pemerintah desa, warga desa, hingga pemerintah kabupaten untuk membangun kawasan perdesaan,” ujarnya melalui rilis yang dikirimkan kepada Republika.co.id.
Dia mengungkapkan Kabupaten Pandenglang telah memilih komoditas jagung sebagai produk unggulan kawasan perdesaan. Di kabupaten Pandenglang ada sekitar 51.446 hektare lahan yang bisa digunakan untuk menanam jagung. Jika setiap satu hektare lahan menghasilkan 3 ton jagung setiap panen maka akan dihasilkan lebih dari 150.000 ton.
Dalam satu tahun potensi panen setidaknya dua kali sehingga Kabupaten Pandenglang bisa menghasilkan jagung sebanyak 300.000 ton/tahun.
“Dengan asumsi harga jagung Rp 4.500/kg, maka uang yang dihasilkan diperkirakan mencapai Rp 675 Miliar per panen. Kalau dua kali panen maka ada potensi pendapatan sebesar Rp1,3 triliun dari komoditas jagung saja,” urainya.
Selain jagung, lanjut Eko, Pandenglang juga memilih budidaya Ikan Kerapu sebagai produk unggulan kawasan perdesaan. Di wilayah tersebut ada potensi pengembangan Ikan Kerapu sebesar 92.917 ton per tahun. Potensi tersebut baru dimanfaatkan sebesar 26.403 ton.
“Kami mendorong terjadi peningkatan hasil tangkapan dengan berbagai fasilitas yang kami berikan kepada kelompok tani maupun pemerintah desa setempat,” ujarnya.
Menteri berlatar pengusaha ini mengungkapkan berbagai fasilitas yang diberikan Kemendesa PDTT untuk pengembangan program unggulan desa adalah fasilitas produksi maupun pasca panen. Untuk prukades jagung di Pandenglang misalnya, Kemendesa PDTT berusaha menghubungkan petani dengan pihak ketiga untuk menyerap hasil panen.
Selain itu Kemendesa PDTT juga memfasilitasi agar Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa) bermitra dengan pihak ketiga untuk menyediakan sarana pasca panen seperti fasilitas pengering (dryer) untuk menjaga kualitas jagung.
“Selain itu kami juga memfasilitasi kredit tanpa anggunan untuk petani dari bank-bank pemerintah,” katanya.
Eko berharap agar setiap desa di nusantara terus mengembangkan produk unggulan yang sesuai dengan potensi wilayah. Dia berjanji akan terus memfasilitasi kebutuhan petani baik sebelum maupun pascapanen.