REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai kelompok masyarakat lanjut usia perempuan lebih rentan jatuh miskin dan ditelantarkan dibandingkan dengan kelompok lanjut usia laki-laki.
"Partisipasi kerja lansia laki-laki relatif lebih tinggi dibandingkan perempuan, menyebabkan kurangnya kepesertaan program pensiun pada lansia perempuan sehingga mereka jauh lebih rentan untuk jatuh miskin," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro dalam peringatan Hari Lanjut Usia Internasional 2017 di Jakarta, Selasa (3/10).
Mantan Menteri Keuangan tersebut juga menilai kelompok lansia perempuan lebih rentan terlantar. Sama dengan kondisi global, partisipasi kerja lansia perempuan di Indonesia relatif lebih rendah dibanding lansia laki-laki.
"Selain itu usia harapan hidup lansia perempuan relatif lebih panjang, sehingga membuat mereka menjadi lebih rentan untuk ditelantarkan," kata dia.
Bambang menilai penduduk lansia di Indonesia secara keseluruhan masih rentan untuk jatuh miskin. Tingkat kemiskinan penduduk lansia secara persentase tercatat lebih tinggi dibanding tingkat kemiskinan nasional dalam beberapa tahun terakhir.
"Penyebabnya adalah kurangnya keterampilan, tidak memiliki jaminan pensiun yang cukup, serta kurangnya dukungan keluarga," kata dia.
Perencanaan yang baik mengenai kelanjutusiaan menjadi hal yang diperlukan seiring peningkatan angka harapan hidup supaya orang yang lanjut usia masih bisa produktif atau masih bisa berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS dan Global AgeWatch Index mencatat jumlah penduduk Indonesia yang tergolong lansia, atau berusia 60 tahun ke atas, mencapai lebih dari 21 juta atau 8,5 persen dari total populasi.
Sekitar 45 persen dari total penduduk lansia di Indonesia berada di rumah tangga dengan ekonomi rendah. Tercatat pula bahwa 9 persen lansia tinggal sendiri dan 36 persen tinggal bersama tiga generasi dalam satu rumah tangga.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
