Selasa 03 Oct 2017 13:37 WIB

Kabupaten Sukabumi dan Depok Terendah Capaian Imunisasi MR

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin Measles Rubella (MR) yang akan disuntikkan kepada siswa saat Kampanye Imunisasi Campak dan MR di SMPN 9, Bandung, Jawa Barat, Selasa (1/8).
Foto: Antara/Fahrul Jayadiputra
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin Measles Rubella (MR) yang akan disuntikkan kepada siswa saat Kampanye Imunisasi Campak dan MR di SMPN 9, Bandung, Jawa Barat, Selasa (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tingkai capaian imunisasi serentak Meases Rubella (MR) di Jawa Barat hingga akhir September kemarin mencapai 92,46 persen dari proyeksi 92,58 persen. Angka itu masih lebih rendah dari target nasional yaitu 95 persen.

Berdasarkan data sementara Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dari 27 kabupaten atau kota yang melakukan imunisasi MR, hanya empat daerah yang melampaui target nasional 95 persen. Yakni, Kota Cirebon, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Sumedang. Sisanya, belum mencapai target. Bahkan, ada yang jauh dari target (di bawah 85 persen). Yakni, Kabupaten Sukabumi (74,47 persen), Kota Depok (80,88 persen), Kota Bekasi (82,67 persen), dan Kabupaten Bandung Barat (83,23 persen).

Menurut Kepala Seksi Surveilan dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Jawa Barat, Yus Ruseno, data-data tersebut masih bisa berubah, seiring validasi yang dilakukan tim Dinkes Jabar dan Dinkes di daerah masing-masing. Karena, tak tertutup kemungkinan adanya data ganda.

Yus mengatakan, capaian yang diperoleh Jabar yaitu 92,46 persen. Ini, sebenarnya sudah baik. Karena, jumlah sasaran anak yang diimunisasi di Jabar yang tertinggi di Indonesia.

 

"Jumlah sasaran adalah 12.127.620 jiwa anak usia sembilan bulan hingga 15 tahun. Sementara yang telah diimunisai sekitar 11.213.735 anak," ujar Yus, kepada wartawan, Selasa (3/10).

Untuk mengejar target nasional 95 persen, menurut Yus, Kementerian Kesehatan pun memperpanjang masa imunisasi hingga 14 Oktober mendatang. Untuk itu, Dinkes Jabar akan memanfaatkan waktu tambahan tersebut untuk mencapai realisasi 95 persen anak terimunisasi MR.

Yus mengatakan mereka akan melakukan penyisiran, termasuk menggenjot daerah-daerah yang tingkat imunisasi MR-nya masih rendah seperti Kabupaten Sukabumi, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bandung Barat. Salah satu fokus penyisiran, kata Yus, ialah sekolah-sekolah. Berdasarkan data yang dimilikinya, masih ada sekolah-sekolah yang menolak siswa-siswanya diimunisasi.

"Ada 20 persen sekolah yang masih menolak imunisasi. Ini yang akan kami dekati kembali," katanya.

Yus mengatakan, ada berbagai alasan sekolah menolak imunisasi MR. Namun, alasan utama ialah penolakan dari orang tua murid. Sebab, mereka masih ragu apakah vaksin itu halal atau haram. Selain itu, ada yang ingin imunisasi bagi anaknya dilakukan dokter spesialis, bukan puskesmas.

"Untuk itu, kami memfasilitasi bagi dokter spesialis anak untuk melakukannya agar target tercapai. Tinggal nanti didata, katanya.

Hal lain yang menjadi hambatan selama masa imunisasi MR, kata Yus, adalah munculnya kampanye negatif termasuk opini negatif yang disebabkan pemberitaan di media. Seperti pemberitaan seorang anak yang dikabarkan lumpuh, bahkan ada yang meninggal, tak lama setelah diimunisasi. Setelah ditelusuri oleh tim dokter ahli, ternyata penyebabnya bukan imunisasi MR.

Menurut dia, sebelum seorang anak diimunisasi MR, tim lebih dahulu mendapat rekomendasi dari dokter. Hal ini dilakukan, agar bisa diketahui apakah imunisasi terhadap anak itu ditunda atau malah tidak boleh. "Memang, ada beberapa anak yang tidak disarankan untuk menjalani imunisasi MR karena penyakit yang dideritanya," katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement