REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bakal calon gubernur Jawa Timur, La Nyalla Mahmud Mattalitti mengundurkan diri dari proses pendaftaran kandidat cagub di partai tersebut. Pengunduran diri itu pun disampaikan La Nyalla kepada Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Jawa Timur Soekarwo.
"Saya sudah jelaskan semua sama Pakde Karwo (panggilan Soekarwo) bahwa saya mengundurkan diri dari proses pendaftaran Partai Demokrat," ujarnya ketika ditemui usai bertemu Soekarwo di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Senin (2/10).
La Nyalla yang juga Ketua Umum Kadin Jatim tersebut melakukan pertemuan tertutup selama sekitar 15 menit bersama Pakde Karwo usai menggelar konferensi pers pengunduran dirinya. Ia juga menegaskan namanya tidak perlu diverifikasi kemudian dilaporkan ke Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat untuk dibahas sebagai salah satu kandidat yang akan diusung.
"Sudah, tidak usah bawa nama saya ke DPP. Saya juga memaklumi posisi Pakde Karwo di Jatim karena keputusan finalnya ada di DPP dan saya menghormatinya," kata mantan ketua umum PSSI tersebut.
La Nyalla resmi mengundurkan diri dari pencalonannya sebagai Bacagub Jatim melalui Partai Demokrat untuk pelaksanaan Pilkada setempat 2018 karena partai tersebut dianggap tidak memiliki konsistensi. Menurut dia, Partai Demokrat tidak memberi pendidikan politik yang baik ke publik seiring sikap partai yang mengubah-ubah jadwal pendaftaran Bacagub untuk Pilkada Jatim mendatang.
Ia menilai terdapat inkonsistensi atas komitmen waktu pendaftaran yang sudah disepakati bersama Partai Demokrat, bahkan komitmen itu disampaikan partai di forum resmi maupun pernyataan tertulis resmi yang juga telah diketahui secara luas oleh publik melalui media. La Nyalla menduga pembukaan pendaftaran kembali pencalonan gubernur Jatim di Partai Demokrat untuk mengakomodasi salah seorang calon, yakni Khofifah Indar Parawansa.
"Yang juga patut disesalkan, perubahan jadwal ini tanpa pemberitahuan kepada kami, calon yang sebelumnya sudah mendaftar secara sungguh-sungguh. Itu menyalahi janji politik yang seharusnya dipahami elite partai. Publik diberi suguhan manuver politik yang tidak elok," katanya.