Kamis 28 Sep 2017 17:32 WIB

Wabah Penyakit Ancam Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Rep: Muhyiddin/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengungsi Rohingya
Foto: Muhammadiyah Aid
Pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, BANGLADESH -- Wabah penyakit mulai mengancam para pengungsi Rohingya di Bangladesh, seperti penyakit kolera, tuberculosis (TB), dan penyakit HIV. Ketiga penyakit berbahaya tersebut besar kemungkinan akan menjadi wabah yang amat mengkhawatirkan.

Para pengungsi sedang kesulitan mendapatkan air minum dan sarana kebersihan minim, sehingga para pengungsi mudah terjangkit virus penyakit yang ditularkan sesama para pengungsi. Kamp pengungsian juga sedang menghadapi kekurangan pangan dan obat-obatan.

 

Kondisi pengungsian yang cukup memprihatinkan itu membuat kondisi kesehatan para pengungsi menurun dan mudah terinfeksi segala penyakit menular. Karena itu, Rabu (27/09) kemarin, tim medis Dompet Dhuafa bersama relawan kemanusiaan yang tergabung di Indonesia Humanitarian Allaiance (IHA) terjun langsung dengan melakukan Aksi Layan Sehat Darurat.

 

Bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga, kemudian Dompet Dhuafa memberikan pelayanan kesehatan pada pengungsi Rohingya di Coxs Bazar, Bangladesh. Pelayanan mulai dibuka pukul 15.00 waktu setempat dengan jumlah tim medis delapan orang yang terdiri dari empat dokter dan empat perawat.

 

Tim melayani puluhan pasien pengungsi Rohingya dengan mayoritas penyakit infeksi saluran penapasan dan penyakit kulit, serta penyakit diare dan mata. Mayoritas pasien adalah anak-anak balita dengan status kurang gizi.

 

Aktivis kemanusiaan Dompet Dhuafa, dr Rosita Rivai mengatakan, setelah melakukan Aksi Layan Sehat di beberapa kamp pengungsian di wilayah Thangkali Coxs Bazar, tim medis Dompet Dhuafa bersama relawan NGO Internasional melakukan pertemuan terbatas. "Hal yang mengejutkan terjadi ada beberapa temuan-temuan penyakit yang terindikasi akan menjangkiti para pengungsi Rohingya," ujarnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Kamis (28/9).

 

Rosita menambahkan, Ibu dan anak paling rawan terkena penyakit lantaran banyaknya jumlah pengungsi yang melahirkan di kamp-kamp pengungsian. "Maka hal tersebut harus ditangani secepat mungkin agar tidak mudah langsung terjangkit penyakit," kata Rosita.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement