REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mengapresiasi sistem garis keturunan ibu (matrilineal) yang masih diterapkan oleh masyarakat Minangkabau sampai saat ini.
"Saya merasa tersanjung menerima gelar doktor kehormatan di Sumbar, salah satu daerah yang menerapkan sistem 'matriliner' hak sampai saat ini," kata Megawati dalam acara penerimaan gelar Doktor Honoris Causa bidang Politik dan Pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP) di Padang, Rabu (27/9).
Ia menilai "matrilinier" itu adalah sistem kekerabatan yang memuliakan derajat seorang wanita. Megawati juga menyampaikan kekagumannya kepada tokoh pergerakan perempuan asal Minangkabau Rohana Kudus, di samping nama-nama tokoh lain, seperti Mohammad Hatta, KH Agus Salim, dan Sutan Syahrir. Rohana yang hidup sezaman dengan R A Kartini adalah pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia, yang diberi nama "Sunting Melayu".
"Jika di Jawa ada RA Kartini dan Dewi Sartika, maka di bumi Minangkabau ada Rohana Kudus. Saya selalu bangga dengan kata-kata perempuan pertama," katanya.
Pada 1911 Rohana mendirikan Kerajinan Amai Setia sebagai wadah perempuan untuk belajar membaca, menulis, berhitung, dan mengasah keterampilan lainnya. Ia juga meminta generasi muda Sumbar, terutama yang kuliah di UNP, meneruskan sejarah dan memunculkan tokoh-tokoh hebat seperti masa lalu.
Sebelumnya Megawati menerima gelar Doktor Honoris Causa dari UNP, melalui rapat senat terbuka yang dilangsungkan di auditorium kampus. Selain civitas akademika, penganugerahan gelar itu juga dihadiri oleh mantan Wakil Presiden Boediono, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Kepala BIN Budi Gunawan, dan sejumlah pejabat teras utama serta mantan menteri lainnya.