REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) membuka pintu para pengungsi dari Bali untuk sekolah sementara di sekolah-sekolah yang ada di NTB.
"Ndak ada masalah, kalau misalnya ada pengungsi usia sekolah, dia bebas mau ikut sekolah di mana, tinggal dia ditumpangkan dan itu kita fasilitasi. Intinya NTB siap terima siswa pengungsi," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB Suruji di Mataram, NTB, Rabu (27/9).
Suruji menjelaskan, dalam kondisi darurat seperti ini, kegiatan belajar mengajar tetap harus berjalan, meski sifatnya sementara hingga kondisi di Bali kembali normal. Suruji melanjutkan, para pengungsi yang berusia pelajar bisa bersekolah di sekolah-sekolah tempatnya mengungsi, semisal Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, maupun Lombok Utara. Menurut Suruji, dalam kondisi kebencanaan, terdapat sedikit kelonggaran bagi para guru PNS yang terdampak untuk tidak menjalankan tugas.
"Sebagai PNS kan dia tidak harus melaksanakan tugas. Tapi, kalau siswa tidak boleh dia tidak belajar," kata Suruji.
Gelombang kedatangan para pengungsi dari Bali ke Lombok terus terjadi dalam beberapa hari terakhir. Diperkirakan jumlah pengungsi yang ke Lombok mencapai ratusan orang. Dari jumlah ini, tidak sedikit yang berstatus pelajar.
Misalnya, Ketut Gina Riska (18). Pelajar yang tinggal di Bebandem, Karangasem, NTB, mengungsi ke Lombok Barat bersama sang Ayah. Rumah Riska yang berjarak 15 Km, memang belum termasuk kawasan steril Gunung Agung yang tercatat 12 Km dari Gunung Agung. Namun, hal ini tidak mengurangi kekhawatiran akan kondisi Gunung Agung. Terlebih, SMAN 1 Bebandem, tempat Riska sekolah juga diliburkan karena masuk dalam kawasan steril 12 Km dari Gunung Agung.
"Yah, lebih baik ke Lombok dulu deh sampai benar-benar kondusif," kata Riska.
Riska mengaku belum tahu mengenai kelanjutan sekolahnya. Dia masih menunggu kondisi Gunung Agung, dan berharap kembali normal agar kembali bersekolah.