REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inovasi teknologi yang terus berkembang semakin memudahkan masyarakat dalam beraktivitas. Hanya saja memberikan dampak negatif terutama bagi keberadaan beberapa profesi.
Pengamat Ekonomi Chatib Basri mengatakan, akan ada sekitar 5,1 juta pekerjaan yang akan hilang di dunia. "Maka, pekerjaan harus bisa beradaptasi dengan perkembangan ini, tanpa itu perusahaan apa pun baik skala besar maupun kecil tidak bisa bertahan," ujarnya saat ditemui usai Mandiri Human Resources Symposium di Jakarta, Selasa, (26/9).
Meski begitu, Chatib pun meyakini, ke depan akan semakin banyak pekerjaan tercipta. "Seperti gojek, tapi semakin banyak maka pendapatan rendah," katanya.
Ia menyebutkan, beberapa pekerjaan yang akan hilang di antaranya tukang pos seiring mudahnya berkirim pesan lewat e-mail. Profesi resepsionis maupun sekretaris juga bisa hilang dan digantikan robot.
"Profesi apa pun itu akan terganggu oleh disruptive innovation unless yang membutuhkan creative thinking tidak bisa repeated, tapi repeated pasti akan hilang," ujar Chatib. Maka ia menilai, pekerja yang akan bertahan di masa depan adalah yang memiliki data analitik dan ide kreatif.
Menurutnya, pemerintah seharusnya bisa membuat peraturan yang cekatan, fleksibel, serta bisa beradaptasi. Tujuannya untuk mengatasi disruptive yang terjadi di semua bidang.
"Pertanyaannya adalah bisa tidak regulasi pemerintah cukup cepat untuk menyesuaikan dengan inovasi yang ada? Karena misalnya, fenomena Uber berantem dengan supir taksi konvesional tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di Paris, London, dan lainnya," kata Chatib.
Advertisement