REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Myanmar masih melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat Myanmar maupun pemerintah daerah Rakhine terkait kebutuhan yang bisa dibantu oleh Indonesia. Kebutuhan ini kemungkinan bisa berubah dengan barang yang telah dikirimkan pekan lalu.
Duta Besar RI untuk Myanmar Ito Sumardi mengatakan, rencana awal Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan memberikan bantuan tahap kedua Senin (25/9) ini. Namun, karena barang yang dibutuhkan masyarakat Rakhine berubah, maka penerbangan bantuan kemanusiaan ditahan.
"Kalau untuk bahkan makanan mereka (masyarakat Rakhine) sudah melimpah. Makanya kami kan kirim lebih banyak bantuan yang bukan makanan," kata Ito ditemui di kantornya, Senin (25/9).
Menurut Ito, masyarakat di Rakhine saat ini sulit mendapatkan akses air bersih. Selain itu, akses listrik juga susah didapatkan. Hal semacam ini yang harus dipikirkan BNPB ketika akan mengirimkan bantuan. "Jangan sampai bantuan yang diberikan kepada masyarakat di Rakhine State justru tidak terpakai,'' ucapnya.
Ito menjelaskan, berdasarkan koordinasi dengan BNPB, barang bantuan kemanusian tahap kedua yang akan dikirimkan ke Myanmr masih sedikit. Baru ada sekitar delapan ton yang terdiri dari berbagai produk. Jumlah ini dianggap masih sedikit dan akan sayang jika harus diterbangkan ke Myanmar.
Bahkan berdasarkan informasi yang dihimpun KBRI, bantuan yang sudah berada di Bandara Halim Perdanakusumah bakal dialihkan terlebih dahulu ke pengungsian masyarakat di Gunung Agung, Bali. "Mungkin bantuan berikutnya akan datang satu atau dua pekan lagi ke Myanmar," jelas Ito.