Jumat 22 Sep 2017 11:24 WIB

BMKG: Ancaman Karhutla Hingga Akhir September

Asap membubung saat terjadi kebakaran hutan dan lahan di Desa Sungai Rambutan, Indralaya Utara, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Kamis (14/9).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Asap membubung saat terjadi kebakaran hutan dan lahan di Desa Sungai Rambutan, Indralaya Utara, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan, Kamis (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatra Selatan (Sumsel) untuk meningkatkan kewaspadaan pada ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla)  hingga akhir September. Kepala Seksi Informasi BMKG Sultan Mahmud Badaruddin II Agus Susanto di Palembang, Jumat (22/9), menyatakan, peringatan ini berkaitan perkiraan bahwa musim penghujan baru akan tiba di awal Oktober untuk beberapa kabupaten.

Sementara, secara keseluruhan akan terjadi di Sumsel diperkirakan pada pertengahan Oktober. "Sepuluh hari terakhir ini harus benar-benar waspada, karena beberapa lokasi bisa tidak ada hujan lebih dari dua hari. Jika pun hujan maka intensitasnya sangat rendah sekali yakni kurang dari 50 mm," kata Agus.

Berdasarkan kondisi ini, sebagian besar Kabupaten di Sumsel masih rawan mengalami kejadian karhutla (zona merah). Apalagi, dalam dua hari terakhir awan demikian cerah yang menunjukkan bawah lapisan awan berisi air hujan masih sangat sedikit.

BMKG memperkirakan musim hujan akan diawali di Sumsel sebelah barat yakni Musi Rawas Utara dan Banyuasin. Kemudian, secara keseluruhan akan terjadi di November dengan intensitas di atas 50 mm.

Sementara itu, berdasarkan perkiraan BMKG ini membuat Badan Penanggulangan Bencana Nasional Provinsi Sumsel menambah jadwal patroli. Jika sebelumnya hanya dua kali, kali ini ditambah sehingga menjadi empat kali yakni pagi, siang, sore, dan malam.

Kepala BPBD Sumsel Iriansyah mengatakan, patroli pada malam hari ini sangat dibutuhkan karena beberapa kasus didapati ada warga yang sengaja membakar hutan di sore hari untuk mengelabui petugas. "Tim Satgas Karhutla membutuhkan data akurat di lapangan sehingga harus dicros cek dengan patroli. Terkadang data dari Satelit LAPAN tekait titik api (hotspot) tidak bersesuaian dengan kenyataan di lapangan," kata Iriansyah.

Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di Sumsel dipicu oleh puncak musim kemarau pada 11-18 September 2017 di Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Muaraenim. Kali ini, kebakaran tidak hanya di lahan gambut tapi telah merembet ke tanah mineral di Muara Belida, Muaraenim, yang diperkirakan telah menhanguskan lahan seluas 150 hektare. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Sumsel telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan sejak Februari 2017

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement