Kamis 21 Sep 2017 11:09 WIB

Mensos Serahkan Bantuan Usaha untuk 37 Mantan Napi Teroris

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa
Foto: Ani Nursalikah/ REPUBLIKA
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mendorong eks napi terorisme menggeluti usaha ekonomi kreatif. Pemberdayaan ekonomi dianggap menjadi salah satu cara yang paling efektif mewujudkan keadilan sosial dan pemerataan sekaligus membendung radikalisme.

Hal tersebut disampaikan Khofifah saat menyerahkan bantuan usaha ekonomi produktif (UEP) kepada 37 eks teroris dan narapidana teroris (napiter) Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan (BWBP) di Kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu (20/7). Sebanyak 37 Eks Napiter tersebut berasal dari Jawa Barat dan DKI Jakarta yang tergabung dalam Yayasan Batas Cakrawala. Bantuan UEP tersebut merupakan kali ketiga disalurkan Kementerian Sosial kepada eks napiter. Masing-masing dari mereka memperoleh bantuan senilai Rp 5 juta.

Sebelumnya, Kemensos juga memberikan bantuan berupa 39 mesin jahit dan obras di Taman Jeka, Poso yang merupakan zona merah bekas basis Santoso dan simpatisannya. Terakhir, sejumlah bansos juga diberikan kepada eks napi terorisme di Lamongan, Jawa Timur.

"Bantuan ini adalah bagian dari upaya resosialisasi dan reintegrasi mereka (eks napiter). Harapannya, mereka seutuhnya kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Mereka bisa kembali berbaur dengan masyarakat umum dan melupakan pengalaman masa lalunya," kata Khofifah melalui siaran pers Kemensos, Kamis (21/9).

Dalam sambutannya di acara tersebut, Khofifah mengatakan penyaluran bantuan dilakukan tepat di waktu jelang Tahun Baru Hijriah, 1 Muharam. Menurut Khofifah, tahun baru Hijrah mempunyai arti berpindah, bisa jadi berpindah dari satu tempat ke tempat lain, atau berpindah dari suatu peristiwa ke peristiwa lain, atau berpindah dari perilaku satu ke perilaku lain, menuju pada hal yang lebih baik dan lebih bermanfaat dari sebelumnya.

"Karenanya saya berharap para eks napiter bisa benar-benar berhijrah, tidak lagi melakukan aksi terorisme dan kembali kepada pangkuan ibu pertiwi dengan sepenuh hati," harapnya.

Khofifah menuturkan, bantuan yang diberikan menjadi bukti negara maupun pemerintah hadir kepada seluruh masyarakat. Tidak terkecuali kepada mereka yang pernah terlibat dalam aksi terorisme.

Mensos juga mengaku tidak jarang mendapat curahan hati beberapa napi eks terorisme. Mulai dari dikucilkan keluarga, rekan, sahabat hingga sulitnya mencari pekerjaan karena predikat teroris yang disandangnya. "Saya harap bantuan ini bisa dimaksimalkan sebaik mungkin. Jika dirasa Rp 5 juta kurang 'nendang' bisa dengan cara bergabung membentuk satu kelompok usaha patungan," imbuhnya.

Salah satu penerima bantuan, Ade Guntur alias Yazid (26) mengatakan uang tersebut akan digunakannya untuk modal usaha sablon kaos. Ade sebelumnya divonis empat tahun penjara karena dianggap turut membantu Pepi Fernando dalam kasus bom buku tahun 2011 lalu. "Alhamdulillah untuk modal. Usaha kaos ini sebenarnya sudah saya geluti sebelum masuk penjara. Sekarang saya mulai lagi," ucapnya.

Saat berbincang dengan Khofifah, Ade sempat menawarkan puluhan kaos jualan miliknya kepada Khofifah. Tawaran tersebut disambut Khofifah dan langsung diborong sisa kaos tersebut.

Sementara itu, Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris mengatakan, BNPT mengapresiasi langkah Kementerian Sosial yang berupaya merangkul eks napiter lewat sejumlah program perlindungan sosial. "Saya sangat berharap Kementerian/Lembaga lain bisa melakukan langkah seperti yang dilakukan Kementerian Sosial. Hal ini tentunya tidak lepas dalam upaya mendukung penanggulangan dan pencegahan terorisme," ujarnya.

Irfan mengatakan, BNPT memiliki sekitar 600 orang binaan yang terdiri dari mantan teroris, mantan napi teroris, keluarga, jaringan dan mereka yang terindikasi radikal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement