Selasa 19 Sep 2017 15:51 WIB

Apa Itu Hujan Tipuan yang Turun di NTT? Ini Penjelasan BMKG

Petani di sawah yang alami kekeringan.
Foto: Antara
Petani di sawah yang alami kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kupang, Apolinaris Geru mengatakan, para petani di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sering terjebak hujan tipuan. "Salah satu bentuk gangguan iklim yang membuat petani di NTT sering tertipu adalah false rain atau tricky rain atau yang disebut hujan tipuan, kata Apolinaris, Selasa (19/9).

Dia mengemukakan hal itu, menjawab pertanyaan seputar penyebab sering terjadinya gagal tanam maupun gagal panen pada sejumlah wilayah di Provinsi NTT pada setiap musim tanam. Hujan tipuan atau false rain/tricky rain adalah hujan yang terjadi pada saat awal masuk musim hujan tapi secara kategori klimatologis akumulasi hujan selama satu dasarian (10 hari) belum mencapai 50 milimeter atau lebih.

Setelah terjadi hujan, 3-4 hari petani mengambil keputusan untuk menanam karena dirasakan musim hujan telah tiba. Namun, setelah itu tidak terjadi hujan lagi selama dua sampai tiga pekan (long dry spell). Akibatnya, petani mengalami gagal tanam karena tanaman menjadi layu dan merana bahkan mati kekeringan karena tidak ada air (hujan), katanya menjelaskan. "Salah satu bentuk gangguan iklim adalah hujan tipuan, membuat petani sering tertipu. Hujan dua atau tiga hari cukup tinggi, petani colok tanah sudah basa langsung tanam, setelah itu tidak ada hujan lagi," katanya.

Bentuk gangguan iklim lain adalah periode kering selama musim hujan atau long dry spell. "Ada juga periode hari kering yang panjang selama musim hujan. Artinya dalam kurun waktu periode musim hujan itu terjadi hari kering atau hari tidak ada hujan," katanya menambahkan.

Menurut dia, banyak petani tidak memahami kondisi iklin ini dengan baik, sehingga menyebabkan sering terjadinya gagal tanam. "Tipikal iklim NTT di daerah kepulauan ini, pada saat musim hujan sering terjadi periode kering. Periode kering pada musim hujan inilah yang menyebabkan gangguan pada tanaman," katanya.

"Tanaman mati, layu dan lainnya akhirnya gagal panen dan gagal tanam, karena setelah ditanam satu atau dua minggu tidak lagi hujan karena memang belum musim, kata Apolinaris, menambahkan. Karena itu, dia mengimbau kepada para petani khusus untuk daerah-daerah seperti Kupang dan pulau Timor serta sebagian Pulau Flores agar pada bulan Oktober ini misalnya, jika ada hujan sebaiknya bersabar dulu atau jangan dulu menanam.

Menurut Apolinaris, hujan biasanya mulai normal dan sudah jauh lebih merata baru terjadi pada akhir November sampai awal dan pertengahan Desember. "Tetapi kalau ada hujan pada September, Oktober, hendaknya hujan tersebut membuat petani agar lebih fokus dalam pengolahan tanah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement