Selasa 19 Sep 2017 17:31 WIB

Angkot Mogok Massal di Bandar Lampung, Penumpang Telantar

Rep: MURSALIND YASLAN/ Red: Winda Destiana Putri
Angkot
Foto: Republika/Musiron
Angkot

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Semua angkutan kota (angkot) berbagai trayek di Kota Bandar Lampung menggelar aksi mogok massal, Selasa (19/9). Penumpang yang biasa menggunakan jasa angkot termasuk pelajar telantar dan terpaksa jalan kaki pergi dan pulang sekolah.

Pemantauan Republika Selasa (19/9) siang, jalan-jalan wilayah kota Bandar Lampung lengang. Tak tampak kemacetan seperti di Pasar Bambu Kuning, Pasar Tengah, dan Pasar Tugu. Semua angkot tidak beroperasi sama sekali sejak pukul 10.00 WIB. Para sopir angkot membawa mobilnya berdemo di depan Kantor Wali Kota Bandar Lampung dan Kantor Gubernur Lampung.

Angkot-angkot berbagai warna dan trayek berkonvoi menuju kantor wali kota. Mereka mendesak wali kota tidak memberi izin operasional transportasi daring (online) dan menutup aplikasi angkutan daring. Kehadiran angkutan daring menurut sopir angkot yang tergabung dalam Perhimpunan Pengemudi dan Pemilik Angkutan Kota Bandar Lampung (P3ABL) sangat meresahkan angkot, sehingga pendapatannya berkurang.

"Pendapatan kami berkurang sampai 70 persen setiap hari. Padahal, kami harus mengejar setoran," kata Albert, salah seorang anggota P3ABL.

P3ABL mendukung wali kota untuk mempertanyakan angkutan daring yang belum memiliki izin operasional. "Kalau wali kota saja tidak dipedulikan pengusaha angkutan online, apalagi kami sopir angkot," ujarnya.

Seusai berdemo di kantor wali kota, sejumlah angkot mendatangi ke kantor Gubernur Lampung. Sejumlah aparat kepolisian berjaga di sekitaran Lapangan Korpri depan gedung DPRD Lampung.

Aksi damai para sopir angkot dari P3ABL telah meresahkan masyarakat yang beraktivitas siang hingga petang hari. Tidak adanya angkot yang beroperasi, membuat anak sekolah terpaksa berjalan kaki berkilo-kilo meter. “Terpaksa kami pulang jalan kaki ke rumah,” kata Ridwan, yang jarak rumahnya dua kali naik mobil angkot.

Sedangkan masyarakat lain terpaksa naik ojek pangkalan, meski harus membayar mahal, karena tidak ada angkot yang beroperasi. “Gara-gara angkot mogok, saya harus naik ojek 20 ribu sekali jalan,” ujar Winda, ibu rumah tangga di Tanjungkarang Barat. 

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement