Senin 18 Sep 2017 15:37 WIB

Yogyakarta Didorong Kembangkan Wisata Halal

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Hazliansyah
Wisatawan Mancanegara (Wisman) melintasi kawasan Malioboro menggunakan becak di Jl. Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (29/5). Selama tahun 2017, Indonesia memasang target kunjungan wisman sebesar 15 juta.
Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara
Wisatawan Mancanegara (Wisman) melintasi kawasan Malioboro menggunakan becak di Jl. Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (29/5). Selama tahun 2017, Indonesia memasang target kunjungan wisman sebesar 15 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sektor wisata adalah salah satu penggerak utama perekonomian di Yogyakarta. Selain sebagai kota pelajar, kota ini juga merupakan destinasi utama bagi wisatawan asing maupun domestik.

Melihat potensi itu, Masyarakat Ekonoi Syariah (MES) mendorong agar Yogyakarta dapat melebarkan sayap melalui pengembangan wisata syariah atau wisata halal.

Ketua Pengurus Pusat MES, Muliaman D. Hadad mengatakan, pengembangan ekonomi syariah yang ada saat ini terkesan hanya terkonsentrasi melalui pengembangan lembaga keuangan syariah.

"Padahal, ekonomi syariah juga dapat dikembangkan melalui sektor wisata," ujarnya kepada Republika.co.id usai melantik Pengurus MES DIY Periode 2017-2020 di Balaikota Yogyakarta, Senin (18/9).

Yogya memang sudah dikenal sebagai destinasi utama wisatawan. Maka ia menilai Yogyakarta memiliki potensi yang sangat besar untuk kemudian mengembangkan wisata halal. Apalagi, kini wisata halal sedang digandrungi oleh wisatawan dari seluruh dunia.

"Tak perlu terlalu banyak melakukan perubahan, cukup dengan memanfaatkan potensi yang sudah ada namun dikemas dengan nuansa syariah dan halal," kata dia.

Salah satunya, lanjut Muliaman, adalah dengan mengembangkan kuliner halal. Mengingat, kuliner adalah salah satu penunjuang utama dalam menjadi daya tarik pariwisata. Baik itu hidangan yang dapat disantap selama berwisata maupun kuliner yang sifatnya sebagai oleh-oleh.

Ia pun mengatakan, di beberapa negara maju, kuliner halal tengah menjadi primadona, bahkan bagi masyarakat non muslim sekalipun. Tak heran, banyak restoran yang menghidangkan sajian halal menjadi incaran masyarakat dari berbagai kalangan.

"Hal ini terjadi karena hidangan halal dikaitkan dengan hidangan yang sehat," ujarnya.

Selain itu, ia beranggapan Yogya memiliki potensi untuk menggelar acara-acara berskala internasional yang bertujuan untuk mempromosikan produk-produk syariah seperti busana muslim. Menurutnya, hal itu dapat dikemas dengan peragaan busana muslim karya desainer internasional serta pernak-pernik khas yang merupakan produk dari pengrajin lokal.

Muliaman optimsitis, dengan potensi yang telah dimiliki Yogya saat ini, kegiatan bernuansa syariah itu mampu menyedot perhatian wisatawan karena selain dapat menikmati wisata bernuasa syariah dan halal, wisatawan dapat sekaligus menikmati sajian panorama alam serta kearifan budaya yang ada di Yogyakarta.

Ia pun meminta agar MES terus menggandeng pelaku usaha maupun masyarakat untuk mewujudkan bisnis pariwisata berbasis syariah. Menurut Muliaman, pariwisata nantinya akan memiliki dampak ekonomi yang besar bagi usaha lainnya.

Karena, Muliaman menilai, pengembangan sektor pariwisata memiliki dampak multiplier ekonomi yang besar, karena banyak usaha yang ikut terkena dampaknya seperti usaha kuliner, kerajinan, transportasi, maupun akomodasi.

"Kita harus bisa melihat ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan ekonomi syariah melalui sektor pariwisata. Bukan hanya dari sisi pengembangan lembaga keuangan," ujarnya.

Lagipula, lanjut dia, pengembangan sektor wisata nantinya juga berdampak positif terhadap industri lembaga keuangan syariah. Karena lembaga keuangan syariah dapat meningkatkan peran dalam menyalurkan permodalan bagi industri penunjang sektor pariwisata seperti pengrajin, pengusaha kuliaer dan oleh-oleh maupun pengusaha di bidang transportasi dan akomodasi seperti hotel dan homestay syariah .

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement